Mahmud Jauhari Ali
Tabloid Serambi Ummah 12 Des 2008
Aku terlahir dari orang yang tak kukenal. Jangankan nama ibuku, melihat sosoknya pun aku tidak pernah. Aku besar di panti asuhan Bumi Selaras yang didirikan oleh seorang yang baik hati. Atas bantuan beliau juga aku bisa menjadi seorang pengerajin batu permata yang cukup sukses di kotaku. Kini di usiaku yang kedua puluh delapan tahun, aku telah memiliki lima pekerja. Penghasilanku cukup untuk menghidupiku dan dua orang anak asuh di rumahku sendiri. Suatu ketika aku harus ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku putuskan untuk naik bus ke kota tujuanku itu. Rencananya satu minggu aku berada di sana. Urusan pekerjaan kuserahkan kepada para pekerjaku yang sudah dapat kuandalkan. Kedua orang anak asuhku yang masing-masing berusia dua belas tahun dan empat belas tahun sudah mampu mengurus diri mereka dan rumah kami. Jadi aku tidak ragu meninggalkan mereka.
“Pak, hati-hati di jalan ya!” pesan anak asuhku yang pertama
“Insya Allah Bapak akan baik-baik saja.” Jawabku untuk membuatnya tidak cemas.
“Ini ada singkong goreng untuk bekal Bapak di jalan” kata anak asuhku yang kedua.
Mereka sangat perhatian kepadaku karena aku pun sangat memperhatikan mereka. Selama di perjalanan banyak kutemui pengemis, pengamen dan penjaja makanan dan minuman. Sesekali aku memberikan uang kepada para pengemis dan pengamen. Aku juga aku sesekali membeli minuman dari penjaja yang ada di dalam bus.
“Ternyata masih banyak rakyat yang miskin di negara kita.” Kata ibu tua yang duduk di sampingku.
“Ibu betul sekali. Di negara kita masih banyak orang yang miskin dan memerlukan bantuan kita yang mampu.” Balasku kepadanya.
Ibu itu menatapku dalam, seakan beliau ingin mengusap-ngusap rambutku. Mungkin ibu itu memiliki anak seusiaku dan mungkin pula beliau sedang ingat dengan anak belaiu tersebut.
“Aku tidak memiliki anak laki-laki” katanya. “Semua anakku perempuan dan seandainya aku punya anak laki-laki sepertimu, aku tentu akan sangat bahagia”, tambahnya.
“Semuanya sudah menikah Bu? ” tanyaku.
Ibu itu seketika tersenyum padaku. Sepertinya beliau tahu dari kata-kataku kalau sebenarnya aku ingin memiliki seorang istri. Sambil tertawa beliau berkata, “Semua anakku sudah memberiku cucu-cucu yang manis-manis.”
Aku ikut tersenyum sambil sedikit malu kepada ibu itu. Pembicaraan kami terhenti karena aku sudah sampai di kota tujuanku dan kami pun berpisah di sana. Sebelum kami berpisah beliau berpesan kepadaku, “Berhati-hatilah di terminal ini karena di sini banyak pencopet!”
Aku pun berterima kasih kepada beliau atas saran tersebut.
***
Kulangkahkan kakiku menuju keluar terminal mencari becak untuk menuju wisma tempat aku menginap satu minggu. Begitu banyak orang yang menawariku jasa transportasi, tetapi semuanya kutolak. Belum lagi aku keluar terminal, tasku sudah ada yang mencoba menyayatnya dengan pisau silet yang tajam. Kuhentikan segera aksinya dan aku kejar pencopet itu hingga aku berhasil menangkapnya. Tidak kusangka ternyata ia seorang perempuan muda. Usianya kira-kira dua puluh tahun.
“Lepaskan aku!”, katanya dengan ketakutan.
“Mengapa kamu menjadi pencopet?” tanyaku. “Apa kamu tidak takut jika polisi menangkap dan memenjarakanmu?” tanyaku lagi.
“Jika aku tidak mencopet Mas, aku tidak dapat makan hari ini.” jawabnya dengan nada memelas.
“Separah itukah perekonomianmu hingga kamu rela menjadi seorang pencopet?”, tanyaku padanya.
“Aku orang yang miskin dan tak punya pekerjaan tetap”, jawabnya. “Ibuku sedang sakit di rumah kami”, lanjutnya.
Aku tidak tega membawanya ke kantor polisi. Hati kecilku merasa iba dengan keadaannya. Aku ajak dia makan di warung dekat terminal itu. Saat itu perutku memang sangat lapar dan kulihat dia juga seperti orang yang kelaparan. Kami berbincang lama di sana. Aku memintanya menunjukkan keadaan ibunya kepadaku untuk membuktikan kebenaran kata-katanya tadi. Benar katanya, ibunya memang benar-benar sakit dan sedang terbaring di atas tikar beratap jembatan. Ya, tepatnya mereka tinggal di kolong jembatan. Hatiku merintih melihat keadaan mereka yang sangat memprihatinkan. Kuberi mereka uang seperlunya untuk berobat di rumah sakit. Aku pun segera meninggalkan mereka menuju wiswa tempatku akan menginap.
“Mas, tunggu sebentar!” pinta pencopet itu.
“Ada apa?”, tanyaku kepadanya.
“Siapa nama Mas dan di mana aku dapat menemui Mas kembali?”
“Namaku Rizal dan kamu dapat menemuiku kembali di Wisma Sejati”, kataku kepadanya. “Ingat pesanku tadi! Jangan mencopet lagi!”, tambahku.
***
Akhirnya sampai juga aku di wisma yang nyaman untuk kutinggali. Kurebahkan tubuhku di kasur empuk dan wangi. Segera terbayang olehku penderitaan anak dan ibu yang harus tinggal di kolong jembatan itu. Aku di sini rebahan dengan enak sedangkan masih ada orang yang tidur di tempat kumuh dan berbau tidak sedap. Aku bayangkan jika seandainya nasibku seperti mereka. Segera menitik air mataku dan ingin sekali aku membatu mereka. Aku ingat kembali aksi pencopetan yang dilakukan gadis itu kepadaku. Wajahnya masih mebekas di ingatanku. Malam pun semakin larut dan aku harus segera tidur agar besok aku dalam keadaan yang prima dan bisnisku dapat berjalan dengan lancar.
Suara alarm telepon selulerku membuatku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Aku pun segera berwudu karena azan Subuh telah menggema di angkasa. Untung di wisma itu tersedia musala yang bersih dan penuh perawatan. Kusempatkan jalan-jalan sebentar di sekitar wisma setelah salat Subuh berjamaah di musala itu.
Sudah dua hari aku berada di sana. Seperti biasanya, setiap pagi pintu kamarku diketuk pelayan wisma yang mengantariku makanan dan minuman. Dari dalam kusuruh dia masuk.
“Apa kabar Mas?” tanyanya
Aku lansung terkejut mendengar kata-katanya karena aku masih ingat betul suara itu. Benar dugaanku, ia saat ini tepat di hadapanku
“Kabarku baik. Bagaimana kabar ibumu Dik?” tanyaku balik.
“Ibuku masih hampir sembuh. Aku bawakan Mas makanan khas sini. Tolong Mas terima ya!” pintanya.
“Tidak usah repot-repot membawakan makanan ini untukku. Aku ikhlas kok membantumu dan ibumu tempo hari.”
***
Hari ini adalah hari terakhirku berada di kota penuh kenangan bagiku, terutama pada gadis muda yang mebuat hatiku terasa lain daripada sebelum bertemu dengannya. Pekerjaanku telah selesai dan saatnya aku kembali ke kotaku. Sebelum berangkat, aku sempatkan diriku menjenguk ibu gadis itu.
“Mungkinkah kita akan bertemu lagi?” tanya gadis itu kepadaku.
“Jika Allah menghendakinya, kita akan bertemu kembali Dik” jawabku.
“Kami akan mengingat kenangan hidup ini”, kata ibunya kepadaku.
Kulihat mereka sangat akrab di sana. Aku berpamitan dengan mereka. Baru kali ini aku sangat iri dengan orang lain. Aku sangat iri dengan gadis itu yang memiliki seorang ibu di sisinya dan menyayanginya. Tidak pernah seumur hidupku aku merasakan kasih sayang seorang ibu. Kutatap sejenak wajah mereka dan aku pun segera meniggalkan mereka di sana. Sesampainya di rumah aku di sambut dengan hanyat oleh kedua anak angkatku. Aku banyak bercerita kepada mereka selama aku di kota lain.
Aku merasakan hal yang tidak pernah kurasakan selama ini, yakni rasa sepi di hatiku. Gadis di kota lain itu selalu ada dalam pirkiranku dan semakin pula membuat hatiku ingin bersamanya. Mungkin naluriku sebagai pria dewasa yang membuatku seperti itu. Kurasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatiku terhadap gadis itu. Entah apakah aku telah jatuh hati kepadanya. Akan tetapi, satu hal yang jelas bahwa aku bahagia saat bertemu kedua kalinya dengannya. Gadis itu membuatku tidak dapat konsentrasi terhadap pekerjaanku. Dengan perasaan yang tak menentu aku kembali ke kota itu. Kutemui dia dan ibunya. Aku tatap dalam matanya dan kuberanikan hatiku untuk mengatakan bahwa aku berniat menikahinya. Kulihat ia sangat gugup saat itu. Mulutnya tidak mampu bicara, tetapi ia menganggukkan kepalanya kepadaku. Anggukannya membuat hatiku sangat bahagia. Tiga hari kemudian kami menikah dan kubawa ia dan ibu mertuaku di rumahku bersama kedua anak angkatku.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 31 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar