Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/
1.
Tahun ini, seorang anak keponakan saya, Vivi Sudayeni memenangkan lomba Cipta Puisi di Sragen, dalam perayaan Memperingati 10 Nopember, di mana sebuah sanjak bernapaskan kepahlawanan berhasil diciptakannya dengan bagus sekali. Tahun sebelumnya, diamenjuarai lomba baca puisi. Sebenarnya, kalau hanya lomba baca puisi, saya tidak begitu puas. Kepuasan itu justru lahir karena melihatnya, bahwa diapun mampu menciptakan puisi-puisi yang merekam aneka pengalaman masa remajanya yang intens. Lebih daripada itu, di kabupaten yang kecil itu, belum banyak saingan yang memadai, diantara generasi muda. Maka, sungguh suatu kelebihan jikalau dirinya mencoba menggubah untaian sajak, dan ternyata dapat pula membawakannya di depan umum. Dalam soal lain semacam ini, barangkali bukan soal daya minat yang berkembang, bagi gadis-gadis di bawah usia 17 tahun, melainkan juga bagaimana dengan tendensi untuk menyaring dan mendulang butiran intan kata per-kata, hingga sanpai kepada saripati yang mentes. Kemenakan saya yang lain, seperti Dian Ramadianti mahir sekali menciptakan lagu-lagu untuk sejumlah puisi yang ada, kemudian menyanyikannya, dengan gubahan yang memikat. Tapi di SMP itu, dia belum timbul “greget”nya untuk menciptakan puisi.
2.
Selama beberapa tahun terakhir, kota-kota kebupaten di Jawa seakan berlomba memperingatai Hari Chairil Anwar, yang konon adalah hari wafatnya, bukan hari kelahirannya. Pada peringatan-peringatan semacam itu, banyak puisi tercipta dandipergelarkan, baik dideklamasikan, dilagukan, didramatisasikan, maupun dibawakan dengan cara-cara khas remaja bersangkutan. Ada gejala yang umum, bahwa kaum muda berkecendrungan romantik, bahkan sentimental—hingga puisi-puisi mereka berkesan mendayu-dayu,membinarkan rasa cinta yang lembut, namun agak cengeng. Kalau kita, para angkatan tua ini meluangkan waktu untuk menyimak trend dari persajakan masa kini, kita niscaya menemukan kenyataan-kenyataan berikut : pertama, ada terasa himbauan patriotik, yang bukan muncul dari dasar jiwa, melainkan karena pengaruh pelajaran-pelajaran di sekolah. Jadi belum mendarah daging. Kedua, terdapat keinginan untuk menunjukkan harga diri, dalam rangka pengungkapan eksistensial. Ketiga, terdapat ambisi keremajaan, agar secepatnya dikenal di kalangan mitra sepergaulan, agar terangkat namanya (walau seketika, dan secepat itu padam nyalanya), dan dianggap menokohi kawan-kawan sebaya. Tapi hal itu masih ditambah oleh kenyataan, bahwa penulisan puisi memerlukan tanggungjawab moral yang besar. Remajawan yang kepingin bersyair, umumnya belum menyadari, sejauh mana gema karyanya. Maka seringkali terasa, dia belum tahu, mana kikis, mana tembok pembatas, mana batas kerawanan—mereka menulis dan menulis, dan menyita seluruh waktu. Jika umurnya dewasa sedikit, ada upaya untuk menggapai tataran lebih arif. Dalam banyak hal, bukankah komunikasi kewilayahan kecil lebih memberi bukti betapa kompetisi di jalur senior-yunior meminta kejujuran?
3.
Selama tahun 1988 dan 1989 lalu, saya menyaksikan dua sahabat penyair masing-masing Kuswahyo SS Raharjo dan Muhammad Nurgani Asyik tampil di Auditorium “Karta Pustaka”–gedung persahabatan Indonesia-Belanda yang terkenal di Yogyakarta—yang mendapat sambutan gemuruh yang mengesankan. Penyair yang disebut terdahulu menyanyikan tentang suasana pedesaan yang menentramkan, yang segar dan masih menyimpan rindu. Namun diapun mempertanyakan, kenapa dalam damai semacam itu, tiba-tiba kita merasa mendapat tantangan yang mengejutkan. Sedangkan Nurgani menyampaikan amanatnya tentang kehidupan teduh di tengah suasana teknologi yang berlangsung di bumi “yang dilanda risau”. Paling tidak puisi-puisi yang disampaikan kedua penyair kuat Yogyakarta tersebut, yang masing-masing menyanyikan puisinya, dengan segala kemungkinan yang dapat disentuh, yang lekat dengan pesta sukmawi, yang sudah barang tentu pantas disimak. Suatu kelebihan, bahwa arena di “Karta Pustaka” sudah dapat memberikan suatu lantunan yang baik bagi puisi-puisi Indonesia, karena bila Kuswahyo yang berdarah Jawa ini aktif dan menekuni musik dan gamelan, maka Nurgani yang berdarah Aceh sangat mendalami musik modern disamping musik klasik. Tentu saja, konsert kecil yang dipersiapkam untuk mendukung pentas-gelaran kedua penyair tersebut mengundang perhatian yang semarak, karena menggugah bangkitnya warna-warna baru jagad perpuisian nasional masa kini, yang di daerah lain belum pernah disentuh.
4.
Kebanggaan dapat juga kita rasakan, kalau kita lihat di Surabaya, di mana gedung Lembaga Persahabatan Indonesia_Amerika di Jl. Dr Sutomo(kini pindah di Damarhusada Indah), secara aktif memberikan kesempatan kepada artis daerah untuk mengunjukkan kebolehannya. Dalam hal begini, puisi tradisional dan puisi nasional memperoleh porsi seimbang; karena geguritan Jawa yang disampaiakan oleh Mitra Susatra Surabaya, berikut pembacaan Macapatan oleh kaum sepuh dalam Wusana Citra, paling tidak dua bulan sekali dapat tampil, bahkan dengan instrument ala kadarnya, yang disediakanoleh tuan rumah. Sedangkan bagi para penyair muda yang bersanjak dalam kelompok Penyair Surabaya Post, bahkan dapat secara bebas triwulan sekali mengajak penyair-penyair kota-kota lain, untuk bersama-sama menggunakan arena ini. Disamping itu, maka Dewan Kesenian Surabaya yang memiliki pentas-pentas yang pantas, secara khusus juga sering mengundang sejumlah penyair, baik dari kabupaten-kabupaten sekitar, dari propinsilain, maupun dari Luar Jawa(yang sudah barang tentu memerlukan akomodasi yang cukup mahal, honorarium lumayan, yang hanya lembaga milik pemerintah yang mampu memenuhinya!), dan selama dua puluh tahun terakhir sudah memperlihatkan kesanggupannya. Saya dengar, Mitra Sastra di Universitas Diponegoro Semarang juga memiliki sanggar terpadu di sebelah utara kota, untuk pembacaan puisi yang kini mewabah. Tidak ketinggalan Kelompok Kopisisa di Purworejo, yang bekerjasama dengan Radio Khusus Pemerinntah Daerah, tahun silam menampilkan acara pembacaan puisi beberapa kota, disusul oleh Arena Budaya dari IKIP Muhammadiyah Purworejo, yang tidak ketinggalan tahun ini membuka forum Pengadilan Puisi Penyair Lima sekawan dari tiga kota. Prospek-prospek yang terllihat menunjukkan gabungan niat serius, antara gairah berkarya cipta sastra, apresiasi kepada kaum awam dan pemasyarakatan puisi. Suatu kenyataan, yang sudah barang tentu menggembirakan karena segi ini ternyata juga memperolah perhatian Pemda yang dengan sejumlah anggaran bisa memacu aktivitas kesenian di kota-kota kabupaten, hingga berkesinambungan.
5.
“Berjagalah di batas harapan dan impian,” kata Chairil Anwar. Saya pikir, ucapan ini adalah simbolik. Harapan seorang pejuang, jikalau dilukiskan oleh sastrawan, maka ia langsung memperlihatkan momentum pengabdian terus menerus, kepada dunia yang diyakini bakal jadi miliknya. Tentunya, saya mengumpamakan sebagai kemilikan positif-altruistis, bukan sesuatu yang egoistis. Secara demikian, akan terasa, bahwa dalam membela Tanah Air, maka penyerahan total hidup kita menjadi tanggungjawabpaling utuh pula. Kita bukan mendewakan patriotisme sebagai idaman yang susah dijangkau. Yang dipentingkan dalam andaran ini, sebagai orang muda, pengisian waktu-waktu yang dimiliki, dan bagaimana sang waktu diperas untuk mewakili kadar-karya yang dirajut. Kalau berbicara tentang impian, maka dimaksudkan di sini, sesuatu yang memberikan penorama terindah bagi”suatu corak budaya yang lebih esensial”—ketimbang hal-hal yang cuma berkembang wantah di kaki langit. Jadinya, kalau menyebut apa yang diharapkan dan apa yang diimpikan—danmenuangkan ide-ide orang muda, sasarannya pun harus memberikan penonjolan buat dipikirkan pada garap-lanjut. Harus dijumlahkan pula inventarisasi masalah yang masuk hitungan, karena saatnya tiba untuk dibawa gagat-lahir karya sastra hendaknya lalu menyumbangkan arus yang kuat, sebelum si empunya mahir berbicara dengan matabajak dan cangkulnya. Sejauh inipun, kalam yang berujung runcing senantiasa siap jemput!
6.
Alhasil, apakah begitu berjubel penyair muda dewasa ini harus dinantikan kiprahnya, pada hari-hari perayaan nasional, ataukah hanya hari-hari biasa, yang dialami sebagai insan biasa, di tengah riuh rendahnya pasar sepanjang hayat ini? Manusia memerlukan tebing pengganti, di kala tebing-tebing kalinya yang rengkah menunggu perbaikan, agar air takkan melimpah dan menjadi air bah yang menenggelamkan diri sang penyeberang. Catatan terhadap karya-karya yang rumpil, serta bagaimana mengawetkan sejumlah petikan buahkalam yang membanjir, mengundang media massa-cetak dan media elektonik untuk mengangkatnya sebagai jemputan seadanya. Para penyimak gubahan nan menyemak, nakal melihat jadwal-jadwal persoalan di dalam kehidupan penyair, jikalau hendak memberikan penilaian lebih adil. Di kabupaten, kotamadya, kota administratif dan distrik-distrik kecil, darimana tampil pengarang-pengarang puisi yang subur, semerbak, dan merimbun seperti dewasa ini, bukan kritikus handal yang dibutuhkan, melainkan pembaca sabar-setia, yang dalam kesehariannya adalah pemegang rubrik puisi di radio, atau bisa juga redaktur sastra yang tahan berjam-jam membacai ragam karya belang-bonteng, centang perenang. Kalau ini tidak terdapat, kita bakal kehilangan tugas seleksi, sortiran, bahkan penentuan peringkat, ditinjau segi praktisnya karena, pergelaran puisi pada dasarnya, mengundang orang-orang yang kepingin mencicipi saja, “kayak apa” bakat alam yang terpendam. Masih langka penyelaman puisi serius, oleh publik selektif, pada kurun-kurun gelisah begini.
* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
1 komentar:
kunjungan ini semoga berlanjut terus... posting yang sangat bagus
Posting Komentar