Minggu, 03 Oktober 2010

Kemudian Saat Kau Katakan

Sutan Iwan Soekri Munaf
http://www.sinarharapan.co.id/

Kemudian saat kau katakan cinta, aku percaya saja. Malam itu terasa berbunga-bunga, yang aromanya menyebar ke setiap sudut di kafe Dago Pakar. Bahkan aroma rumput yang membasahi hujan sore itu, sama sekali tak terasa. Apalagi cahaya bulan hampir penuh purnama semakin menambah denyar darah dalam nadiku berdenyut kencang. Dan remasan jemarimu pada jemariku terasa hangat.

Aku sandarkan kepalaku ke bahumu yang lebar. Dan kau pun merangkulkan tanganmu ke bahuku. Aku mendiamkan, ketika tanganmu merengkuh agak kencang. Aku merasakan kehangatan itu. Lebih hangat daripada berdiang depan perapian saat malam perpisahan sekolah kita di sebuah vila di Puncak.

Semua masih membekas dalam hatiku.
Walau kemudian kita harus berpisah, saat kau harus melanjutkan studi ke Prancis.

Kehangatan itu kembali berdenyar ketika kuterima surat-surat atau kartu posmu. Kisah-kisahmu yang kau coretkan di lembaran kertas atau kartu pos, seolah-olah kau duduk di sampingku di kafe Bandung Utara itu, dan bercerita dengan lancar tentang apa saja, termasuk gagasan-gagasanmu tentang masa depan kita maupun masa depan bangsa ini. Dan aku mendengarkan sambil merasakan kehangatan rengkuhan lenganmu, walau aku tidak mengerti saat kau lancarkan kritik kebobrokan oknum aparat yang korup. Baik saat mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM), atau membuat KTP, atau juga memperpanjang pajak STNK. Semua, katamu, adalah bentuk korupsi yang dilegalkan. Rakyat tak bisa berbuat atas perilaku aparat laknat. Konon katanya, oknum aparat. Aku seperti murid yang bodoh, mendengarkan celotehanmu tanpa mengerti, namun hanya merasakan kehangatan yang tak akan terlupakan.

Dalam suratmu itu, engkau katakan, hal itu sulit terjadi di Prancis. Mereka yang korup akan mendapat pelajaran setimpal. Tidak seperti di negeri kita, paling-paling kalau ketahuan, dipindahkan ke bagian lain. Tak pernah mendapat hukuman setingkat kriminal yang berat. Sungguh, aku tak mengerti pendapatmu itu. Pasalnya, di sini, semua orang ikhlas dikorup. Lantas, kalau orang ikhlas memberi, apakah itu korup juga? Entahlah….

Sampai tahun kedua, kabarmu menjadi pelipur rinduku. Nyaris setiap hari aku periksa kotak pos depan rumah. Ya, rindu menggebu itu terasa terpenuhi setelah membaca coretanmu. Dan hari menjadi berwarna, setelah sekian rindu membaca kabarmu. Walau banyak pelajaran lewat kata-katamu yang tak kumengerti, namun aku senang saja membaca suratmu.

Sampai suatu hari, aku membaca tulisanmu di koran nasional yang terbit di Jakarta. Aku kabarkan padamu, tulisanmu itu menggelegarkan masyarakat pembaca. Pemerintah seperti kebakaran janggut. Dalam tulisan itu, engkau bukakan pusat-pusat korup yang selama ini tak tersentuh. Banyak pro dan kontra tentang tulisanmu.

Tapi setelah tulisanmu itu, aku tak lagi menerima surat darimu. Aku berminggu-minggu menunggu, kotak pos selalu kosong melompong. Kerinduan itu makin menggebu.

Ketika Edward pulang liburan, dia sengaja datang ke rumahku. Sayangnya aku lagi KKN di daerah. Suratmu diberikan Edward pada orangtuaku. Dan dia pun pergi ke Medan menjenguk orangtuanya, yang kemudian dia langsung berangkat ke Prancis.
Ya, sekembalinya KKN, aku baca suratmu.

Aku memahami, bahwa engkau dianggap anasionalis, sehingga paspormu tak diperpanjang. Ya, engkau tak berwarganegara. Sampai selesai kuliahmu, engkau pun tetap tinggal di Paris. Dan waktu yang bergerak dan jarak yang memisahkan kita ini, telah terbentang lima tahun semenjak keberangkatanmu dulu. Aku tak tahu bentuk wajahmu, selain foto yang terselip dalam suratmu, yang berlatar belakang menara Eiffel, dengan di sana-sini terlihat salju turun.

Aku memahami, bahwa engkau mencintaiku. Begitu pun engkau tak menyesal, karena jiwa kritismu, kita terpaksa berpisah.
“Kenapa engkau tak ke Paris saja?” tanya Mimi, kakakku yang sudah beranak dua.
“Ke Paris?” tanyaku mengulangi.
Mimi mengangguk.
Aku menggeleng.

Percakapan kami ini diperhatikan Mama. Dan beliau hanya memberikan senyum penuh arti, dengan tatap cukup jelas pada Mimi. Mimi pun kemudian menuju dapur.

Kenapa aku tak ke Paris? Tanya itu menggema lagi saat mataku belum terpejam di kamar. Hingga jauh larut, Tanya itu mengejarku terus. Kalau aku mencintaimu, seharusnya aku menuju Paris, menemuimu. Tapi, apakah engkau masih Iwan yang dulu? Apakah engkau masih lajang? Apakah engkau tak tergoda pada gadis-gadis di Prancis itu? Yang paling penting, apakah engkau masih mencintaiku?
Keraguan itu berulang kali datang. Aku sulit mengenyahkannya.

Barangkali aku harus memahami realitas, tidak terpaku dalam romantisme yang tak jelas, bahwa engkau bukanlah Iwan yang dulu. Semua sudah berubah. Bahkan engkau makin hari makin dikenal di negeri kami sebagai pembangkang nomor satu, yang ingin melancarkan revolusi agar terjadi perubahan drastis pada republik kita ini. Kau menjadi selebritas. Aku sering mendengar pernyataanmu di radio-radio luar. Semua bernada minor terhadap pemerintah. “Republikku kini berada dalam genggaman diktaktor yang menyuburkan korupsi. Harus dilakukan perubahan secara radikal, agar menjadi republik yang demokratis,” pendapatmu di radio asing itu.

Di koran nasional, namamu makin lama makin buruk. Rakyat juga selalu diingatkan koran, bahwa engkau adalah pengkhianat. Yang selalu menjual negara kita pada kepentingan asing. Kalau saja aku tak mengenalmu, mungkin aku sudah berpendapat sama.

***
Kali ini aku menginjakkan kaki di Charles de Gaulle airport. Aku semangat sekali saat mendapat tugas dari kampusku mengajar, untuk mengikuti seminar di Paris. Semangatku ini, mereka kira, karena aku suka pada parfum. Mereka tidak tahu, Ratna bersemangat sekali ke negeri parfum ini, karena ingin menjumpaimu, Iwan.

Ya, perpisahan kita sudah lebih dari 30 tahun. Wajahku sudah dipenuhi keriput. Hm, ya, aku belum menikah. Mungkin itu pula yang mengecewakan Mamaku, sampai dia meninggal, selalu harapannya agar aku menikah.

Bagaimana aku akan menikah, karena sampai saat sekarang, aku belum ketemu denganmu. Aku harus mendapat penjelasanmu, tentang arti kata cinta dan bagaimana kelanjutan hubungan ini.

* * *
Selepas seminar, aku diantar seorang pelajar Indonesia ke kotamu, Perigaux. Dalam Renault-nya yang melaju di jalanan itu, Edi, pelajar itu menceritakan tentang dirimu yang gigih.
“Bu Ratna termasuk pengagum Pak Iwan?” Tanya Edi.
Aku hanya mengangguk.
“Sangat disayangkan, kritikannya kepada pemerintah tidak ditanggapi secara positif. Malah dia dimusuhi. Malah dikucilkan,” ujar Edi.
“Pak Iwan hampir frustasi. Sampai suatu saat, Gabrielle, salah seorang mahasiswinya, menyokongnya. Dan, sokongan ini pun terwujud dalam bentuk perkawinan. Padahal, jarang orang di Prancis yang mau terikat perkawinan,” tutur Edi.
Ratna terkesiap.
“Bahkan Pak Iwan sudah beranak sepasang. Gagah dan cantik.”
Pikiran Ratna semakin kacau.
Semakin kacau.
Kacau!

Bekasi, November 2008

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar