Viddy AD Daery*
http://www.infoanda.com/Republika
Komunitas Sastra Indonesia (KSI) sudah banyak dikenal. Tapi, apakah sudah ada yang mengenal keberadaan komunitas sastra-budaya Nusantara?
Sudah dapat dipastikan tidak ada yang tahu, karena sebenarnya secara de jure terbentuk. Tetapi, secara de facto, komunitas yang mencoba menggalang hubungan timbal-balik dan kerjasama sastra dan budaya Nusantara itu sudah ada. Hanya saja belum mempunyai wadah resmi secara organisatoris.
Ide untuk membentuk semacam jaringan atau komunitas sastra se Nusantara (baca: Asia Tenggara) sebenarnya sudah sempat mengemuka di kalangan pengurus KSI. Pembentukan komunitas — yang idenya bermula dari penyair Ahmadun Yosi Herfanda — itu bahkan sudah menjadi agenda penting Jambore Sastra Asia Tenggara yang rencananya akan diadakan tahun 2006 di Pantai Anyer, Banten. Tapi, acara itu tertunda oleh Pilkada Banten 2006, dan sampai saat ini belum diagendakan kembali.
Kebetulan sekali, pada 25-28 Mei 2007, di Medan akan digelar The 1st International Poetry Gathering, yang mayoritas pesertanya berasal dari negara-negara di wilayah Nusantara. Kiranya sangat tepat, kalau pada acara yang dilaksanakan oleh Laboratorium Sastra Medan itu juga diagendakan pembetukan semacam jaringan atau komunitas sastra-budaya se Nusantara.
Misalnya, disepakati nama dan pengurus inti atau formaturnya dulu, lalu dideklarasikan. Sedangkan kelengkapan pengurus, program dan tetek bengeknya, sesuai usul Ahmadun, bisa dimatangkan dalam ‘kongres pertama’ (misalnya, Kongres Komunitas Sastra-Budaya Nusantara I) yang kita harapkan dapat dilaksanakan di tengah Jambore Sastra Asia Tenggara di Anyer, Banten, yang juga kita harapkan dapat direalisir pada tahun 2008.
Wilayah Nusantara tentu tidak hanya Indonesia. Wilayah Nusantara atau yang disebut oleh pujangga penyair besar zaman Mojopahit, Empu Prapanca, sebagai Wilayah Yang Delapan dimulai dari Tanah Genting Kra sampai Pattani (kini disebut Thailand selatan), lalu Hujung Medini (kini Malaysia bagian Semenanjung), Temasik (kini Singapura ), Baruna Dwipa (kini menjadi wilayah Brunei, Sabah-Malaysia, Labuan-Malaysia dan Kalimantan-Indonesia).
Selanjutnya, adalah Sulu dan Manila (kini Filipina), lalu Timor (kini Timor Leste dan Timor-Indonesia), dan keseluruhan wilayah Indonesia tanpa kecuali. Saat dikuasai oleh Majapahit, keseluruhan wilayah itu diberi nama Nusantara atau Dwipantara. Jadi, wilayah Nusantara hampir meliputi sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
Konsep kewilayahan Nusantara itu tidak banyak diingat oleh kebanyakan orang Indonesia. Tetapi, para budayawan-sastrawan Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand, serta sedikit dari Filipina Selatan (Mindanao), sangat mengenal dengan baik konsep kenusantaraan itu.
Karena itulah, dalam setiap pertemuan antar mereka yang diadakan secara patungan dan sistem gilir-arisan di negara-negara mereka, tanpa risih mereka memakai istilah Nusantara. Padahal, bagi mereka yang non-Indonesia, sebenarnya istilah Nusantara mempunyai konotasi masalalu yang kurang enak, karena identik dengan penjajahan politik Jawa-Majapahit terhadap bangsa-bangsa Nusantara.
Tetapi, mungkin karena mereka kini adalah bangsa-bangsa yang kaya dan terhormat, maka tak merasa risih dan jengah kepada mantan ‘penjajah mereka’ yang kini jatuh miskin dan bodoh, akibat selalu menjatuhkan diri secara pasrah mirip keledai ke dalam jajahan para pemimpinnya sendiri yang berjiwa kerdil dan korup.
Bahkan, saking berjiwa besarnya para tetangga itu, pada PSN (Pertemuan Sastrawan Nusantara) XIV pada Juli 2007 nanti, yang direncanakan akan berlangsung di Alor Star, Negara Bagian Kedah, Malaysia, salah satu makalah yang dipesan mereka adalah Membicarakan Kembali Gajah Mada, Pahlawan Agung Nusantara. Karena, tema utama pertemuan internasional itu memang Maha Wangsa atau bangsa yang gagah perkasa.
Mungkin karena mereka sadar, bahwa Gajah Mada tidak hanya menjajah, melainkan juga mendidik mereka menjadi bangsa yang berperadaban maju, dan mereka sadar, ketika Jawa sudah menjadi kota yang canggih dan beradab, kota-kota besar Malaysia masih berupa hutan. Pemukiman mereka kebanyakan hanya di pantai-pantai nelayan, dengan istana kesultanan yang ringkih dan mudah terbakar.
Kondisi itu bahkan berlangsung sampai abad ke-17 M, seperti digambarkan oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dalam karyanya, Pelayaran Abdullah ke Kelantan.
Toh, sekarang keadaannya terbalik total. Murid yang dulu banyak berguru ke Majapahit, bahkan di zaman Orba masih banyak mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia, kini menjadi bangsa maju dan kaya, dengan kota-kota indah dan cantik bersih, karena sistem gotnya yang bagus dan besar ala Amerika.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan mantan gurunya yang bodoh, kota-kotanya becek dan banjir tiap hujan, akibat sistem gotnya yang cethek dan penuh sampah.
Aktivitas jaringan sastrawan Nusantara yang ada, yang biasanya diaktifkan oleh Gapena Malaysia di bawah pimpinan Prof DR Tan Sri Datuk Ismail Hussein, kini agak meredup. Sudah menjadi hal yang biasa, bila sang pimpinan sudah sepuh, generasi penerusnya belum tentu mau melanjutkan usaha mulia yang telah dirintisnya.
Bahkan, mereka yang berada di bawah bimbingan Tan Sri, kini mulai merasa pintar, dan mulai berani melontarkan kritik. Padahal, apa yang diperbuatnya secara pribadi sangat jauh sedikit dan tidak banyak artinya dibanding keringat dan air mata sang pemimpin.
Maka, sangat diperlukan ‘penerima tongkat estafet baru’ dari komunitas sastrawan Nusantara itu yang akan melanjutkan usaha mulia Tan Sri Datuk Ismail Hussein.
Kebetulan, The 1st International Poetry Gathering di Medan akan diikuti sekitar 100 penyair dan sastrawan dari berbagai negara di Nusantara. Selain dari Indonesia, ada yang dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan dan Thailand selatan.
Komitmen mereka yang luar biasa terhadap persaudaraan Nusantara perlu diresmikan dengan pembentukan wadah secara nyata dalam organisasi nirlaba serumpun, semacam komunitas sastra-budaya Nusantara.
Pencantuman unsur budaya disamping sastra adalah untuk memperluas wilayah cakupan kegiatan, karena sastra tanpa budaya akan sangat miskin dan kering, dan selama ini mau tidak mau, sastra akan banyak bersentuhan dengan unsur kebudayaan secara luas.
Bahkan, dalam Perhimpunan Penulis Muda Nasional 2005 yang berlangsung di Pontian, Johor, Malaysia, yang sebagian dari tokoh-tokoh pentingnya akan hadir dalam acara di Medan tersebut, ada budayawan muda bernama Rahimiddin Zahari, yang melontarkan kerisauannya karena unsur budaya banyak diterlantarkan oleh para penulis muda Malaysia.
Rahimiddin mengajak penulis generasi baru untuk memperkaya wawasan dengan mengenal budaya sendiri, budaya lokal yang kaya dan tinggi mutunya.
Bagi Indonesia, acara di Medan itu adalah moment yang tepat, karena dilantiknya DR Mukhlis PaEni sebagai Dirjen Kebudayaan telah membawa angin segar dengan kebijakan yang berkomitmen pada kebudayaan lokal.
Beberapa langkah pentingnya, antara lain memberi santunan tetap tiap bulan kepada empu-empu kebudayaan lokal Indonesia, dan kemudian akan memberi uang pensiun kebudayaan kepada budayawan Indonesia.
Di Malaysia, Brunei dan Singapura, hal itu sudah biasa dan sudah lama dilakukan oleh pemerintah, karena pemerintah di sana berpendapat, bahwa budayawan adalah penjaga roh bangsa. Tanpa penjagaan, kebudayaan suatu bangsa akan tergerus dan akhirnya akan musnah, seperti yang sedang terjadi di Indonesia.
*) Sastrawan, pekerja televisi
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar