Jumat, 10 September 2010

Menuju Komunitas Sastra-Budaya Nusantara

Viddy AD Daery*
http://www.infoanda.com/Republika

Komunitas Sastra Indonesia (KSI) sudah banyak dikenal. Tapi, apakah sudah ada yang mengenal keberadaan komunitas sastra-budaya Nusantara?

Sudah dapat dipastikan tidak ada yang tahu, karena sebenarnya secara de jure terbentuk. Tetapi, secara de facto, komunitas yang mencoba menggalang hubungan timbal-balik dan kerjasama sastra dan budaya Nusantara itu sudah ada. Hanya saja belum mempunyai wadah resmi secara organisatoris.

Ide untuk membentuk semacam jaringan atau komunitas sastra se Nusantara (baca: Asia Tenggara) sebenarnya sudah sempat mengemuka di kalangan pengurus KSI. Pembentukan komunitas — yang idenya bermula dari penyair Ahmadun Yosi Herfanda — itu bahkan sudah menjadi agenda penting Jambore Sastra Asia Tenggara yang rencananya akan diadakan tahun 2006 di Pantai Anyer, Banten. Tapi, acara itu tertunda oleh Pilkada Banten 2006, dan sampai saat ini belum diagendakan kembali.

Kebetulan sekali, pada 25-28 Mei 2007, di Medan akan digelar The 1st International Poetry Gathering, yang mayoritas pesertanya berasal dari negara-negara di wilayah Nusantara. Kiranya sangat tepat, kalau pada acara yang dilaksanakan oleh Laboratorium Sastra Medan itu juga diagendakan pembetukan semacam jaringan atau komunitas sastra-budaya se Nusantara.

Misalnya, disepakati nama dan pengurus inti atau formaturnya dulu, lalu dideklarasikan. Sedangkan kelengkapan pengurus, program dan tetek bengeknya, sesuai usul Ahmadun, bisa dimatangkan dalam ‘kongres pertama’ (misalnya, Kongres Komunitas Sastra-Budaya Nusantara I) yang kita harapkan dapat dilaksanakan di tengah Jambore Sastra Asia Tenggara di Anyer, Banten, yang juga kita harapkan dapat direalisir pada tahun 2008.

Wilayah Nusantara tentu tidak hanya Indonesia. Wilayah Nusantara atau yang disebut oleh pujangga penyair besar zaman Mojopahit, Empu Prapanca, sebagai Wilayah Yang Delapan dimulai dari Tanah Genting Kra sampai Pattani (kini disebut Thailand selatan), lalu Hujung Medini (kini Malaysia bagian Semenanjung), Temasik (kini Singapura ), Baruna Dwipa (kini menjadi wilayah Brunei, Sabah-Malaysia, Labuan-Malaysia dan Kalimantan-Indonesia).

Selanjutnya, adalah Sulu dan Manila (kini Filipina), lalu Timor (kini Timor Leste dan Timor-Indonesia), dan keseluruhan wilayah Indonesia tanpa kecuali. Saat dikuasai oleh Majapahit, keseluruhan wilayah itu diberi nama Nusantara atau Dwipantara. Jadi, wilayah Nusantara hampir meliputi sebagian besar wilayah Asia Tenggara.

Konsep kewilayahan Nusantara itu tidak banyak diingat oleh kebanyakan orang Indonesia. Tetapi, para budayawan-sastrawan Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand, serta sedikit dari Filipina Selatan (Mindanao), sangat mengenal dengan baik konsep kenusantaraan itu.

Karena itulah, dalam setiap pertemuan antar mereka yang diadakan secara patungan dan sistem gilir-arisan di negara-negara mereka, tanpa risih mereka memakai istilah Nusantara. Padahal, bagi mereka yang non-Indonesia, sebenarnya istilah Nusantara mempunyai konotasi masalalu yang kurang enak, karena identik dengan penjajahan politik Jawa-Majapahit terhadap bangsa-bangsa Nusantara.

Tetapi, mungkin karena mereka kini adalah bangsa-bangsa yang kaya dan terhormat, maka tak merasa risih dan jengah kepada mantan ‘penjajah mereka’ yang kini jatuh miskin dan bodoh, akibat selalu menjatuhkan diri secara pasrah mirip keledai ke dalam jajahan para pemimpinnya sendiri yang berjiwa kerdil dan korup.

Bahkan, saking berjiwa besarnya para tetangga itu, pada PSN (Pertemuan Sastrawan Nusantara) XIV pada Juli 2007 nanti, yang direncanakan akan berlangsung di Alor Star, Negara Bagian Kedah, Malaysia, salah satu makalah yang dipesan mereka adalah Membicarakan Kembali Gajah Mada, Pahlawan Agung Nusantara. Karena, tema utama pertemuan internasional itu memang Maha Wangsa atau bangsa yang gagah perkasa.

Mungkin karena mereka sadar, bahwa Gajah Mada tidak hanya menjajah, melainkan juga mendidik mereka menjadi bangsa yang berperadaban maju, dan mereka sadar, ketika Jawa sudah menjadi kota yang canggih dan beradab, kota-kota besar Malaysia masih berupa hutan. Pemukiman mereka kebanyakan hanya di pantai-pantai nelayan, dengan istana kesultanan yang ringkih dan mudah terbakar.

Kondisi itu bahkan berlangsung sampai abad ke-17 M, seperti digambarkan oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dalam karyanya, Pelayaran Abdullah ke Kelantan.

Toh, sekarang keadaannya terbalik total. Murid yang dulu banyak berguru ke Majapahit, bahkan di zaman Orba masih banyak mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia, kini menjadi bangsa maju dan kaya, dengan kota-kota indah dan cantik bersih, karena sistem gotnya yang bagus dan besar ala Amerika.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan mantan gurunya yang bodoh, kota-kotanya becek dan banjir tiap hujan, akibat sistem gotnya yang cethek dan penuh sampah.

Aktivitas jaringan sastrawan Nusantara yang ada, yang biasanya diaktifkan oleh Gapena Malaysia di bawah pimpinan Prof DR Tan Sri Datuk Ismail Hussein, kini agak meredup. Sudah menjadi hal yang biasa, bila sang pimpinan sudah sepuh, generasi penerusnya belum tentu mau melanjutkan usaha mulia yang telah dirintisnya.

Bahkan, mereka yang berada di bawah bimbingan Tan Sri, kini mulai merasa pintar, dan mulai berani melontarkan kritik. Padahal, apa yang diperbuatnya secara pribadi sangat jauh sedikit dan tidak banyak artinya dibanding keringat dan air mata sang pemimpin.

Maka, sangat diperlukan ‘penerima tongkat estafet baru’ dari komunitas sastrawan Nusantara itu yang akan melanjutkan usaha mulia Tan Sri Datuk Ismail Hussein.

Kebetulan, The 1st International Poetry Gathering di Medan akan diikuti sekitar 100 penyair dan sastrawan dari berbagai negara di Nusantara. Selain dari Indonesia, ada yang dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan dan Thailand selatan.

Komitmen mereka yang luar biasa terhadap persaudaraan Nusantara perlu diresmikan dengan pembentukan wadah secara nyata dalam organisasi nirlaba serumpun, semacam komunitas sastra-budaya Nusantara.

Pencantuman unsur budaya disamping sastra adalah untuk memperluas wilayah cakupan kegiatan, karena sastra tanpa budaya akan sangat miskin dan kering, dan selama ini mau tidak mau, sastra akan banyak bersentuhan dengan unsur kebudayaan secara luas.

Bahkan, dalam Perhimpunan Penulis Muda Nasional 2005 yang berlangsung di Pontian, Johor, Malaysia, yang sebagian dari tokoh-tokoh pentingnya akan hadir dalam acara di Medan tersebut, ada budayawan muda bernama Rahimiddin Zahari, yang melontarkan kerisauannya karena unsur budaya banyak diterlantarkan oleh para penulis muda Malaysia.

Rahimiddin mengajak penulis generasi baru untuk memperkaya wawasan dengan mengenal budaya sendiri, budaya lokal yang kaya dan tinggi mutunya.

Bagi Indonesia, acara di Medan itu adalah moment yang tepat, karena dilantiknya DR Mukhlis PaEni sebagai Dirjen Kebudayaan telah membawa angin segar dengan kebijakan yang berkomitmen pada kebudayaan lokal.

Beberapa langkah pentingnya, antara lain memberi santunan tetap tiap bulan kepada empu-empu kebudayaan lokal Indonesia, dan kemudian akan memberi uang pensiun kebudayaan kepada budayawan Indonesia.

Di Malaysia, Brunei dan Singapura, hal itu sudah biasa dan sudah lama dilakukan oleh pemerintah, karena pemerintah di sana berpendapat, bahwa budayawan adalah penjaga roh bangsa. Tanpa penjagaan, kebudayaan suatu bangsa akan tergerus dan akhirnya akan musnah, seperti yang sedang terjadi di Indonesia.

*) Sastrawan, pekerja televisi

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar