Kamis, 18 Maret 2010

Tionghoa dan Subversi Sastra Melayu-Rendah

Rukardi
http://suaramerdeka.com/

SASTRA Melayu-Rendah yang juga disebut sastra Melayu-Tionghoa, Melayu-China, Melayu-Pasar, atau Melayu-Lingua Franca, pernah hidup di bumi Nusantara. Meski usianya tak terlampau lama, sejak medio abad ke-19 hingga tahun 1960-an, telah mencatatkan peran penting dalam sejarah literasi di Indonesia.

Memeringati 80 tahun Sumpah Pemuda, Fakultas Sastra Undip bersama Masyarakat Tjerita Silat menggelar bedah buku, sarasehan, dan diskusi yang mengangkat tema di seputar bahasa dan sastra Melayu-Rendah.

Acara yang berlangsung selama empat hari (25-28/10) itu, menghadirkan sejumlah pakar, akademisi, dan pemerhati sastra Melayu-Rendah, antara lain Jacob Sumardjo, Ajip Rosidi, Hendarto Supatra, Dwi Susanto, IM Hendrarti, Sutrisno Murtiyoso, Herudjati Purwoko, dan Stefanus. Mereka mengupas sastra Melayu-Rendah dari pelbagai sudut pandang.

Sebagai istilah, sastra Melayu-Rendah bermuatan politis. Ia dimunculkan oleh Balai Poestaka selaku pemegang otoritas kebahasaan Pemerintah Kolonial Belanda. Lembaga yang didirikan pada 27 September 1917 itu, menganggap semua produk kesusastraan yang tak menggunakan varian linguistik Melayu-Riau sebagai tidak standar, rendah, cabul, dan liar.

IM Hendrarti menengarai, pemberian stigma buruk terhadap sastra Melayu-Rendah terkait dengan politik pembatasan penyebaran informasi yang dapat membahayakan stabilitas pemerintah kolonial. Pasalnya, Melayu-Rendah dianggap sebagai ragam bahasa yang biasa dipakai untuk kepentingan-kepentingan subversif, terutama oleh para jurnalis di era pergerakan.

Sastra Melayu-Rendah paling banyak dikembangkan oleh masyarakat Tionghoa peranakan, terutama yang bermukim dan berdomisili di Jawa. Mereka yang tak lagi menguasai bahasa leluhur menggunakan bahasa Melayu-Rendah sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.

Didukung Pers

Karya sastra Melayu-Rendah (Tionghoa), kata Jakob Sumardjo, lebih banyak muncul dan berkembang di daerah pesisir, laiknya Jakarta (termasuk Bogor dan Sukabumi), Surabaya, Semarang, Gresik, Tuban, Tegal, Pasuruan, Pekalongan, dan Indramayu. Ada juga di kota-kota pedalaman seperti Bandung, Malang, dan Solo, namun intensitasnya relatif lebih kecil.

Jika dirunut, warga Tionghoa yang tinggal di kota-kota pesisir didominasi keturunan Hokkian dan kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Namun, apakah mereka eksponen sastra Melayu-Rendah? Jakob tak berani memastikan.

Ada bermacam produk kesusastraan Melayu-Rendah, antara lain novel, drama, buku syair, dan cerita terjemahan. Mengutip Claudine Salmon, Jakob mengungkapkan, sampai tahun 1960-an, terdapat 3.005 judul karya sastra Melayu-Rendah dengan jumlah penulis 806 orang. Sebanyak 248 karya lainnya anonim.

Dari jumlah tersebut, 1.654 terdiri atas novel yang berkisah tentang masyarakat Tionghoa serta relasi dengan masyarakat Indonesia dan Belanda.
Sebagian besar karya terjemahan berasal dari cerita klasik China, sisanya karya sastra Eropa.

Kata Jakob, hal itu menunjukkan kebutuhan utama pembaca karya sastra Melayu-Rendah (Tionghoa) adalah nilai-nilai budaya luhur mereka. Karya sastra Eropa ditulis, karena masyarakat Tionghoa di Indonesia — yang sudah tak menguasai bahasa China— membutuhkan karya sastra yang penting dalam pembentukan peradaban China.

Perkembangan sastra Melayu-Rendah didukung oleh maraknya industri penerbitan pers partikelir. Penggunaan Melayu-Rendah sebagai bahasa pergaulan sehari-hari membuat media massa, terutama koran dan majalah, menaruh minat terhadap bahasa itu.

Bagi penerbit partikelir, pemakaian bahasa Melayu-Rendah menjanjikan keuntungan finansial lebih besar. Terbukti, koran atau majalah berbahasa Melayu-Rendah dapat hidup dengan oplah lumayan untuk ukuran saat itu. Pembaca mereka tak terbatas pada warga keturunan Tionghoa saja, melainkan juga etnis lain.

Sastra Diaspora

Dwi Susanto melihat sastra Melayu-Rendah, khususnya Tionghoa (tusheng huaren wenxue) sebagai satu varian sastra diaspora. Ia punya karakter khas yang mencuat melalui sifat identitas, orientasi diri, jati diri, dan strategi dalam menyiasati hidup di perantauan.

Cerita silat misalnya, merupakan obat kerinduan dan salah satu cara untuk mewujudkan impian tersebut. Selain menceritakan komunitas orang-orang Tionghoa sendiri, sastra jenis ini berkisah tentang hubungan antarras, relasi etnisitas, dan relasi gender antara laki-laki Tionghoa dengan perempuan lokal, yang salah satu wujudnya adalah kawin campur dan sistem pernyaian.

Penilaian berbeda datang dari Ajip Rosidi. Menurutnya, karya sastra Melayu-Rendah (dia lebih suka menyebut sastra Melayu-Pasar) tak punya kualitas yang baik. Karya-karya di ranah tersebut lebih berfungsi sebagai hiburan belaka.

Dia mencoba membuktikan tesisnya dengan membedah Drama dari Boven Digoel karya Kwee Tek Hoay— yang bersama Boenga Roos dari Tjikembang dan Drama dari Merapi tulisan Liang Liji disebut-sebut sebagai puncak pencapaian sastra Melayu-Rendah.

Menurut Ajip, Drama dari Boven Digoel tak beda dengan roman-roman Melayu-Rendah lain, yakni jalan ceritanya dibuat-buat, meski kompleks, tidak meyakinkan secara psikologis maupun sosial. Meski berseting pemberontakan komunis 1926, roman tersebut tak menggambarkan kondisi sosial masyarakat secara baik.

“Nama-nama tokoh yang digunakan saja menimbulkan tanda tanya, karena tak pernah terdengar sebagai nama orang Indonesia, seperti Bukarin dan Radeko. Tokoh-tokoh Raden Mustari, Nurani, dan Subaidah niscaya beragama Islam, tapi tak tergambar sedikit pun mereka tahu agamanya.”

Namun, terlepas dari kelemahannya, sastra Melayu-Rendah, ungkap Herudjati Purwoko, telah memberi manfaat besar bagi kemajuan literasi di Indonesia. Meski akibat kebijakan politik kolonial lewat Balai Poestaka dan prasangka politik pada era berikutnya, jejak-jejak sastra Melayu-Rendah telah diabaikan oleh banyak pengamat.

Kalau kebijakan politik itu dianggap benar, bahasa Melayu-Tinggi atau bahasa Indonesia (dan sastra Indonesia modern) saat ini seolah terbentuk, atau meminjam istilah CW Watson, arose ex-nihilo (muncul dari ruang hampa).

Dari kacamata sosiolinguistik, argumen semacam itu tak masuk akal. Pasalnya, tidak ada satu pun bahasa alamiah di dunia ini yang bersifat a-historis, tidak terkecuali bahasa Indonesia modern.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar