Senin, 11 Agustus 2008

CERPEN NIRWAN SALAH FATAL

Ribut Wijoto

Rentang sepuluh tahun terakhir, 1998-2007, ada kesalahan pada perkembangan eksplorasi bahasa cerpen. Bahasa diolah-maksimalkan, dicari pilihan kata paling tepat, dan kalimat diberi rima-ritme; kesemua usaha dilakukan tidak untuk memperkuat unsur cerpen. Justru sebaliknya, usaha kuat-keras tersebut, sepenuhnya untuk memperlemah potensi unsur cerpen.

Ini kesalahan fatal. Soalnya, ini kesalahan dilakukan oleh orang-orang yang justru berkompeten di bidang kesusastraan. Lebih fatal lagi, ini kesalahan diikuti oleh beragam kaum sastrawan. Ia menjadi standar nilai cerpen. Sebuah standar nilai yang membalik arah.

Lihatlah kutipan cerpen “Dadu” dari Nirwan Dewanto: Bertahun-tahun kami bertikai apakah di negeri Matsya Sairindri dan lima pengiringnya itu penyamar atau bukan. Bertikai pangkai bahkan sampai kini, ketika kami harus bahu-membahu di pulau jahanam ini demi mengukai tilas Muka Sepuluh.

Nirwan membuka kisah dalam cerpen dengan kata-kata “wah”. Kalimat-kalimat imajinatif. Di situ tampak, ada rima bertikai-pangkai-mengungkai. Ada kalimat imajinatif. Bertahun-tahun bertikai. Sungguh, jalinan kata-kata yang mirip puisi. Sayangnya, itu kalimat tidak mendukung terbentuknya peristiwa, memperlemah kisah.

Nirwan terlalu obsesif pada puitisasi peristiwa, puitisasi kisah. Setiap kalimat dimaksudkan mengemban citraan. Menampilkan lanskap warna, gerak, rasa, ataupun bau-bauan. Menggugah imajinasi pembaca. Membikin pikiran terombang-ambing dalam tamasya bahasa. Dan, pembaca pun melupakan peristiwa.

Kalimat pembuka cerpen “Dadu” diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang bernasib sama. Puitis, imajinatif, dan berlarat-larat dengan majas. Akibatnya, cerpen rada panjang Nirwan terbata-bata dalam membentuk cerita. Padahal di situ ada cerita. Sebuah interpretasi ulang dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Pasalnya, uraian Nirwan gagal menampilkan kejernihan peristiwa. Ada kabut tebal pada tiap kalimat Nirwan. Kabut yang menutup peristiwa.

Oleh sebab gagal membentuk peristiwa, Nirwan pun gagal mencipta penokohan. Tokoh-tokoh pada cerpen “Dadu” bukanlah tokoh yang bisa dibayangkan berbadan, berdaging, atau bernafas selayaknya manusia biasa. Ia tokoh metaforis. Tokoh konsep. Artinya, “tokoh” yang belum sempat menjadi tokoh. Sebatas konsep tentang tokoh. Ini disebabkan melimpahnya kiasan dalam pemaparan tokoh. Cerpen Nirwan menjadi lebih mirip puisi.

Mungkin, cerpen Nirwan memang lebih berharga jika dipahami sebagai puisi. Tetapi tetap saja tidak bisa. Keindahan bahasa puisi selalu mengemban makna personal. Pada metafora, ritme, rima, citraan puisi; di situ ada melekat ideologi.

Adapun pada Cerpen Nirwan, keindahan bahasa hanya sebatas ornamen. Perlengkapan pengindah kalimat. Snobisme. Kemewahan berbahasa. Metafor, rima, ritme, dan citraan semata-mata digunakan untuk menghasilkan “wah”. Di titik simpul ini, bila memaksa dipahami sebagai puisi, ia adalah puisi gagal.

Lihatlah kutipan cerpen “Dadu” berikut: Ketika seluruh jalur urat nadi Dandaka terbuka tampak berderai putihmu –Percayalah, ketka jubahku terkembang berlapis-lapis memerangkap pasukan yang memburumu- aku mengenali perempuan lain yang mengular dalam hutan menguntitmu, mungkin untuk mengambil bakal permaisuri itu darimu. Aku berseru dalam hati, “Kenapa wajah mereka serupa dengan titisan Laksmi?”

Pemahaman yang salah atas eksplorasi bahasa cerpen membikin cerpen pada posisi ambang. Sebagai prosa, ia gagal membentuk kejernihan peristiwa dan ketajaman penokohan. Sebagai puisi, ia gagal menciptakan personalitas ideologi.

Tragisnya, Nirwan hanyalah satu dari deretan panjang para cerpenis yang suka mengindah-indahkan bahasa. Para cerpenis yang mengutamakan citraan daripada penokohan. Memilih metafor daripada peristiwa. Di gerbong mewah ini ada nama-nama seperti Sitok Srengenge, Nukila Amal, Dewi Sartika, Dewi Lestari, Ayu Utami, dan sebagainya.

Mengapa ini kondisi fatal bisa meluas? Mungkin, jaman menghendaki demikian. Mungkin juga, tanpa diduga, ada keseragaman pikiran. Keseragaman konsep tentang cerpen yang gemilang. Mungkin saja, merebaknya pengindahan bahasa cerpen dipacu oleh kemenangan novel Saman dari Ayu Utami pada Sayembara novel DKJ tahun 1998.

Pada novel Saman, Ayu Utami menyeruakkan tiga model bahasa. Pertama, model bahasa metaforis. Hampir tiap peristiwa dipaparkan dengan kiasan. Kedua, model bahasa lugas. Peristiwa dipaparkan dengan cara sederhana. Ketiga, model bahasa minimalis. Peristiwa dibahasan dengan kalimat-kalimat pendek, seperti kalimat dalam pesan pendek di telepon genggam.

Para cerpenis, mungkin, berusaha mengekor model bahasa Ayu Utami yang pertama. Model bahasa metaforis. Padahal, ini sungguh tragis. Seorang juri dari sayembara novel DKJ mencatatkan, novel Saman berhak menang karena kejernihannya memaparkan peristiwa penindasan yang terjadi di perkebunan karet. Di bagian tersebut, Ayu Utami tidak memakai model bahasa metaforis. Di situ, Ayu Utami menggunakan bahasa lugas, sederhana, dengan seminimal mungkin kiasan.

Mungkin juga, Nirwan dan sebagainya tidak sedang mengekor Ayu Utami. Mereka sedang terpesona oleh model bahasa Gabriel Garcia Marquez dalam novel Seratus Tahun Kesunyian.

Melalui eksotisme bahasa realisme-magis, Gabriel berhasil mengusung banyak tokoh dalam satu novel. Cerpen “Dadu” dari Nirwan pun dengan bahasa eksotis menampilkan banyak tokoh. Tapi ada perbedaan mendasar. Gabriel menggunakan eksotisme realisme-magis tidak sebatas gagah-gagahan. Itu model bahasa dipakai untuk memberi detail gambaran peristiwa dan memberi detail gambaran karakter tokoh. Selebihnya, detailitas peristiwa menciptakan kompleksitas penokohan. Hasilnya bukan sekadar tamasya bahasa, tetapi lebih penting lagi adalah, tamasya peristiwa. Tamasya kisah dengan beragam penokohan.

Adapun Nirwan dan sebagainya malah terjebak pada eksotisme bahasa yang mengaburkan peristiwa, mengaburkan penokohan. Semestinya, bahasa cerpen diolah-maksimalkan, dicari pilihan kata paling tepat, dan kalimat diberi rima-ritme; kesemua usaha dilakukan untuk memperkuat unsur cerpen. Eksplorasi yang mengarah pada pembentukan kejernihan peristiwa dan penajaman penokohan. Seperti pada cerpen-cerpen dalam buku Orang-orang Bloomington dari Budi Darma.

_______Surabaya, 2007

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar