Senin, 20 September 2010

Menafsir Ulang Gajah Mada

Abimardha Kurniawan*
http://oase.kompas.com/

Tidak sulit menemukan nama Gajah Mada (GM) dalam buku pelajaran sejarah. Muhammad Yamin, sastrawan sekaligus tokoh pergerakan itu, menyebut sang mahapatih sebagai “pahlawan persatuan Nusantara” yang kemudian ditabal sebagai judul buku biografi GM gubahannya (1945). Saking terkenalnya, nama GM pun dipakai sebagai nama jalan, perguruan tinggi, bahkan nama restoran! Juga tak lupa, beberapa tahun lalu, Langit Kresna Hariadi menerbitkan 8 jilid biografi tokoh ini dalam bingkai fiksi. Meski banyak kalangan menganggap GM punya peran penting dalam sejarah bangsa ini, namun sosok GM masih diliputi misteri dan kerap mengundang polemik nan pelik.

Pertengahan tahun 2009, Viddy AD Daery pernah membuat sebuah pernyataan sensaional. Ia menyatakan bahwa GM putra asli Lamongan. Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Sebagai orang yang berasal dari daerah Lamongan, juga tentunya sebagai orang yang mahfum betul tentang sosok GM, Viddy mengaitkan beberapa ansair folklor dalam kultur lokal masyarakat Lamongan dengan pribadi GM yang ia pahami. Salah satunya, toponimi sebuah daerah di Lamongan mirip dengan nama GM, yaitu Kecamatan Modo. Sebagai respon, Pemkab Lamongan kemudian membentuk tim pencari fakta untuk menguak kebenarannya. Namun, hingga kini belum terdengar kabar, apakah pencarian itu masih berlanjut atau berbuah hasil…

Untuk menandai bahwa ikhtiar mencari gambaran eksistensi sosok GM belum menemui titik yang pasti, melalui buku ini. Agus Aris Munandar, coba mengungkap tafsiran baru atas biografi sang tokoh melalui telaah arkeologis terhadap Prasasti Gajah Mada dan dua arca perwujudan. Teks-teks sastra sejarah, seperti N?garakr?t?gama, Pararaton, Kidung Sunda, Kidung Sundayana, Babad Gajah Mada, dan Babad Arung Bondhan, dipakai sebagai pembanding untuk menghasilkan interpretasi yang kredibel dalam telaah ini. Sebab, antara prasasti, arca, dan teks sastra sejarah (naskah kuno) memiliki kuantitas informasi yang berbeda-beda.

Tidak semua bagian teks sastra sejarah tersebut dijadikan acuan, hanya yang dianggap punya fakta historis menyangkut sosok GM dan lingkungan sosialnya. Hal ini untuk menghindari bercampurnya peristiwa sejarah dengan peristiwa mitologis yang berlebihan dan irasional. Terlebih, teks-teks yang diacu punya ciri historiografi tradisional yang penarasiannya tiada batas antara fantasi dan kenyataan. Hanya N?garakr?t?gama sebagai perkecualian.

Prasasti Gajah Mada ditemukan di pelataran Candi Singhasari (sekarang di Kecamatan Singosari, Malang) dan kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti yang berangka tahun 1273 ? (1351 M) ini dikeluarkan GM, yang menyebut diri “rakryan mapatih Mpu Mada”, pada masa pemerintahan ?ri Tribhuwanottunggadewi, raja ke-3 Majapahit. Sebagai sang mahâmatrimukya, GM punya hak untuk mengeluarkan prasastinya sendiri. Mungkin inilah alasan penulis lebih memilih nama Prasasti Gajah Mada dan memakainya secara konsisten dalam buku ini, daripada Prasasti Singhasari yang sudah lazim dikenal.

Dalam prasasti tersebut, tersirat motif yang melatarbelakangi Sumpah Palapa (tan amukti palapa) yang legendaris itu. Disebutkan, GM punya hak untuk memerintahkan pembangunan caitya (bangunan suci) bagi tokoh yang telah meninggal. Karena prasasti ini ditemukan di pelataran Candi Singhasari yang notabenenya tempat pendharmaan Kertanagara, bisa ditengarai GM hendak mempersembahkan caitya kepada raja Singhasari terakhir itu. Dalam kultur Jawa Kuna, lazimnya caitya dipersembahakan oleh kerabat atau keturunan langsung tokoh yang didharmakan. Jadi, tak lain tak bukan, GM adalah keturunan Kertanagara, tepatnya dari jalur selir.

GM juga menjuluki diri Jirnnodhara, artinya ‘pembangun sesuatu yang baru’ atau ‘pemugar sesuatu yang telah runtuh’. Selain berkaitan dengan pembangunan Candi Singhasari, julukan ini membuktikan—GM ingin meneruskan gagasan Dwipantara mandala, yaitu pengembangan pengaruh hingga ke wilayah luar Jawa, yang semasa Kertanaga hidup terlaksana dalam ekspedisi Pamalayu (1197 ? / 1275 M). Setelah sang raja mangkat, gagasan ini meredup dan kehilangan penerus karena Jawa silih berganti mengalami huru-hara. Pembangunan Candi Singhasari jadi semacam “ngalap berkah” yang dilakukan GM kepada leluhurnya sebelum mengajukan Sumpah Palapa. GM sadar tentang konstelasi politik kawasan Asia Tenggara. Ia ingin membendung pengaruh kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara daratan agar jangan sampai masuk ke wilayah Kepulauan Nusantara.

Selain itu yang menarik, dan tak terduga sebelumnya, adalah pengarcaan sosok GM dalam perwujudannya sebagai Bima dengan karakter lingga (phallus) menonjol. Ini bukti adanya unsur Siwaisme dan diduga berasal dari masa akhir Majapahit. Arca ini berasal dari Trenggalek, Jawa Timur. Pada patung tersebut juga terdapat inskripsi dengan karakter tulisan yang mirip dengan Prasasti Gajah Mada. Sayangnya, inskripsi hanya terbaca sebagaian karena kondisinya cukup rusak.

Banyak yang berspekulasi, antara arca perwujudan Bima dan Prasasti Gajah Mada dibuat oleh seorang citralekha (pemahat batu) yang sama. Pendapat ini masih perlu ditinjau ulang, walaupun kemiripan karakter tulisan bisa dikatakan sangat jarang terjadi antara dua inskripsi. Dari segi isi, khususnya dari nama yang disebut, tidak ada hubungan antara keduanya. Mpu Wirata yang mempersembahkan arca ini, tidak pernah ada di Prasasti Gajah Mada, begitu juga sebaliknya.

Berkaitan dengan tokoh Bima, penulis menghubungkannya dengan konsep astadikpalaka (delapan dewa penjaga arah mata angin) yang mengelilingi Siwa. Bima merupakan perwujudan Siwa di arah barat daya. Dalam konsep India Kuna, arah barat daya dipandang sebagai yang terburuk. Pengarcaan itu merupakan bentuk kerinduan masyarakat Majapahit saat itu kepada sosok GM yang tangguh dan dapat memulihkan stabilitas politik yang terus merosot akibat peperangan. Penemuan arca Bima di situs-situs tempat suci, juga menjadi tanda—GM seorang menguasai ilmu keagamaan.

Pada masa sebelum GM lazim diwujudkan sebagai arca Bima, GM diwujudkan sebagai Brajanata, tokoh pendamping Panji, dengan karakter phallus yang juga menonjol menonjol. Ada kesinambungan konsep antara keduanya. Sebab, siklus cerita Panji merupakan penuturan simbolis kehidupan Majapahit di masa Hayam Wuruk. Tak lain tak bukan, tokoh Panji adalah figur simbolis sang raja Rajasanagara (Hayam Wuruk). Selain menjawab polemik seputar siapa sebenarnya tokoh Panji, pendapat ini juga mencuatkan gambaran lain tentang bentuk fisik GM. Jika Brajanata merupakan ikon GM, maka gambaran wajah GM sungguh sangat berbeda dengan yang dipahami selama ini. Gambaran itu muncul dalam cover buku ini.

Banyak tafsiran baru tentang GM dalam buku ini, mulai dari pengertian nama GM secara etimologis-terminologis dan kaitannya dengan Gan?e?a (h. 12), siapa orang tuanya serta perkiraan tempat kelahiran (h. 10, lantas bandingkan dengan pernyatan Viddy di atas), muasal nama kota Bima di Sumbawa yang berkaitan dengan “penebusan dosa” GM pasca perang Bubat (h. 99), hingga senjata apa yang dipegang saat mengucapkan Sumpah Palapa (h. 51). Tak jarang, tafsiran itu membuat tercengang karena belum pernah terdengar dan terduga sebelumnya.

Namun demikian, sebagaimana judul buku ini, sebagian besar substansi biografi mengungkap sepak terjang sang patih di ranah politik. Ini bisa dimaklumi. Sumber-sumber tentang profil GM dan yang bersifat rasional sebagain besar merekam sepak terjang sang tokoh di ranah itu. Agaknya GM lebih dikenal sebagai tokoh publik yang tangguh dan punya kredibilitas tinggi. Mungkin karena itulah, dan karena GM dikenal ketika berkiprah di ranah politik, kehidupan pribadi serta kelahirannya tersamar dan sering diliputi hal-hal fantastis. Dan penulis buku ini ingin menempatkan GM dalam proporsinya sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf, bukan sebagai superhuman.

Buku ini punya kedudukan penting dalam kajian tentang biografi GM, sejarah Majapahit, dan sejarah Nusantara kuna umumnya. Buku ini bukan simpulan final atas siapa sebenarnya GM. Bagaimanapun, dalam buku ini biografi GM ditampilkan sebagai “realitas tafsir”. Lebih baik menyikapinya secara kritis, daripada menjadikannya serangkaian “mitos” dalam bentuk baru. Mungkin masih banyak data (artefak) yang terserak dan hingga kini belum ditemukan. Penelitian-penelitian selanjutnya masih ditunggu. Penulis buku ini pun mengharap demikian. Sayangnya, peminat bidang semacam ini terbilang langka. (*)

Judul : Gajah Mada: Biografi Politik
Penulis : Agus Aris Munandar
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetakan : Pertama, Maret 2010
Tebal : xiv + 162 halaman
Peresensi : Abimardha Kurniawan, penikmat buku, tinggal di Surabaya.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena DĂ© M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar