Jumat, 30 Januari 2009

Sastra Peter Pan

Beni Setia
http://www.suarakarya-online.com/

NOVEL Budi Darma, Olenka, meninggalkan kesan mendalam pada kerja kepengarangan banyak sastrawan. Setidaknya dari kehadiran catatan interteks, dalam ujud catatan kaki rujukan referensial, yang cermat diusahakan oleh pengarang. Yang dihadirkan untuk menunjukkan semua kejadian, peristiwa dan kilasan batin yang dialami tokoh [Fanton Drummond] dalam novel itu bukan fantasi kosong tanpa asal, dan sebab - yang dibuktikan oleh pembenaran referensial teks lain.

Segala - tak hanya: sebagian besar - rekaan yang fix jadi bagian dari pengalaman hidup sang tokoh [Fanton Drummond] sesungguhnya diawali dan dipicu oleh peristiwa, pengalaman dan bacaan pengarang. Meski dengan tegas -tersirat - Budi Darma membedakan dirinya dari Fanton Drummond, yang diandaikan dan diutuhkan dengan empati, fantasi, pengalaman dan sugesti fakta teks [yang ada di dalam tahap tak-sadar atau bawah-sadar] di luar Olenka.

Manusia rekaan Fanton Drummond itu ada konteksnya, Amerika. Alienasi diri di tahapan pseudo-transendental Fanton Drummond itu ada latar belakang sejarah-nya, sastra Inggris. Tokoh-tokoh dalam novel Olenka itu punya konteks, Amerika. Wawasan moralitas dan anutan sistim nilai tokoh-tokoh novel Olenka itu ada rujukannya, sastra Inggris. Dan karenanya Budi Darma, ketika menulis novel Olenka dan menjalinkan Fanton Drummond dengan tokoh-tokoh dalam novel itu berdasar kon-teks dan rujukan sosiologis Amerika - dan sastra Inggris.

Karenanya, ketika membaca novel itu, kita harus melengkapi diri dengan referensi Amerika dan sastra Inggris, supaya bisa menemukan kecocokan dan nyaman [klop] dengan makna yang sedang diusung penulis dan ditarget menjelma dan hadir dalam kesadaran kita - sebagai pembaca yang wawasannya sangat Indonesiawi. Bila tidak, kita harus melakukan pencerapan fenemologis, dengan menekan impuls tafsir dan sikap kritis ketika mengidentikkan diri sebagai Fanton Drummmod.

Jadi seorang Cecep Syamsul Hari yang kritis melakukan validisasi - seperti yang diperlihatkannya dengan catatan kaki tambahan bagi penggalan Olenka, dalam antologi Dari Fansuri ke Handajani, misalnya. Sehingga kita, sebagai pembaca, menemukan dua orang pinter sedang mempertontonkan wawasan dan referensi sundul langit.

Di titik ini: Apa membaca harus begitu penuh persiapan? Tidak bisakah kita membaca dengan gairah penggila bacaan menyimak buku hiburan, yang tranced karena bisa membaca paling dulu dan secepatnya agar bisa membaca ulang meneliti detil-detilnya?

* * *

SEBELUM menjawab pertanyaan itu saya harus mengakui dua hal. Pertama, gaya kepenulisan Budi Darma itu manifestasi dari pencapaian intelektualisme. Yang bermula dari kegemaran membaca dan kemampuan untuk menjumlahkan aneka bacaan sebanyak mungkin di satu sisi, dan bagaimana informasi itu disusunnya secara sistimatis dan metodologis sehingga melahirkan penguasaan tingkat tinggi yang diakui secara akademik di sisi lainnya. Sangat sempurna.

Dan kesempurnaan itu menghasilkan jarak dengan orang sekitarnya, yang cuma membaca buku sekedar dan dengan perbendaharaan yang terbatas - terlebih dengan orang yang tidak sempat membaca, atau tak suka membaca karena terlanjur gemar mengumbar syahwat atau berdakwah. Kesadaran itu yang menyebabkan Budi Darma menulis catatan kaki pada bagian akhir novel Olenka, sebagai manifestasi dari keinginan menerangkan, agar banyak hal bisa dimengerti orang banyak. Hampir sejajar dengan catatan kaki dalam Pengakuan Pariyem Linus Suryadi AG, misalnya.

Fenomena itu mengingatkan saya pada serial kartun "Hi and Lois" di Femina dekade 70-an - ibu saya, seorang penjahit, berlangganan karena di majalah itu ada rubrik mode yang disukai kelas menengah pinggiran.

Dalam satu episode, si kembar perempuan Dot melukis, yang dibanggakannya sebagai lukisan "naga ngamuk sampai pemadam kebakaran pontang panting mematikan api". Yang saat diapresiasi si kembar lelaki Dito dianggap rubbish, sebab lukisan itu tak merepresentasikan naga, api dan mobil pemadam kebakaran. Tapi diiyakannya karena Dot berceloteh sambil membawa tongkat.

Dan Olenka Budi Darma terkadang hadir sebagai bacaan menarik dengan banyak keinginan yang diucapkan tanpa sungkan - sambil membawa tongkat akademisi dan indek bibliografi rujukan. Memang bagi saya tak terlalu mengancam, karena saya merupakan bagian dari kesusastraan Indonesia, yang ingin menjadi bagian sastra dunia dan karenanya merujuk ke kekayaan khazanah sastra dunia. Tapi pasti menakutkan bagi seseorang di kota kecamatan pedalaman Jawa, yang selama hidup hanya sempat membaca ringkasan novel dan menghapal periode sastra Indonesia.

Dan lebih mengerikan dan menakutkan lagi ketika kita membaca teks rekaan ruwet tanpa bantuan kata pengantar dan kelengkapan catatan kaki. model Olenka. Inilah - baca: lingkup sosial yang referensi sastranya terbatas - yang dijadikan sebagai pokok pertimbangan kedua. Yang mengingatkan saya pada esei pendek Budi Darma di Horison atau Kompas, yang menggugat situasi kelesuan apresiasi sastra di dekade 70-an, dengan semacam retorika: apa kita membutuhkan sastra media, sebagai media transisi ke sastra serius?

* * *

JAWABANNYA sudah jelas: Budi Darma menulis Orang-orang Bloomington dan Olenka, yang dengan sadar dan sengaja dilengkapi keterangan asal-usul. Tapi ada sastrawan terperangkap dalam atmosfir lain ketika cerpen dan artikel karyanya muncul di koran, dan apresiator tanpa rasa salah dan sungkan menelepon buat sekedar mendapat kepastian tentang apa yang ingin ditulisnya, kenapa harus dibegitukan dan apa tidak sebaiknya begini saja, dan seterusnya dan sebagainya. Sebuah pergulatan pemaknaan banyak orang lain yang menyebabkan si sastrawan harus meninjau seluruh pola dan metoda kreativitas kesastrawanannya. Apa harus mempedulikan atau tak mempedulikan mereka? Apa harus menetapkan karya konsepsional obyektif sebagai target ideal berolah kreasi dan menghasilkan karya yang mendekati tuntutan ideal mudah diapresiasi? Mempedulikan tepuk tangan banyak orang yang terbiasa berselancar membaca di seperempat jam sambil menunggu angkutan atau kopi mendingin di pagi hari? Atau ...?

Kondisi-kondisi yang membuat sastrawan harus memeriksa apa motivasi dan tujuannya bekesusastraan. Yang jawabannya tak bisa ditemukan dalam sekali tepuk dan diberlakukan seumur hidup. Setiap saat sastrawan harus bergulat dan ditarik ke sana di jam ini, lalu ditarik ke sini pada jam berikutnya, dan berubah lagi di jam berikutnya. Serba tak pasti yang menjanjikan ketakpastian sebagai sebuah dinamika perubahan. Dan bersamanya sastrawan menulis berdasarkan suasana dan melahirkan karya yang situasional meski - setelah jadi - tetap diperiksa dengan konsepsi karya ideal yang situasional tergantungt trend sastra kontemporer kini.

Tapi itu terkadang menunjukkan tidak adanya prinsip, tak dicapainya tahapan matang dari orang yang tak tumbuh mau dewasa - sindroma Peter Pan. Semacam involusi intelektual karena keterbatasan bacaan dan pengalaman - mungkin! ***

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar