Jumat, 26 Desember 2008

MENYIBAK RUH SUKSES MENULIS ANDREA HIRATA

Sutejo*
http://thereogpublishing.blogspot.com/

Jawa Pos tanggal 14 Desember 2007, memuat feature yang inspirasional, yakni tentang perjalanan buku yang menjadi bestseller dari pengarang yang tidak mau disebut sastrawan. Lelaki pengarang ini dalam perjalanan akademiknya luar biasa: (a) lulus di UI dengan predikat cum laude, dan (b) S2 dari dua perguruan tinggi luar negeri yang juga cum laude. Bukan masalah pendidikannya yang luar biasa tetapi nuansa spiritualitas yang mengikat. Lelaki luar biasa ini bernama Andrea Hirata. Dia menulis pada awalnya untuk konsumsi sendiri, untuk menghormati gurunya yang memiliki etos bekerja luar biasa, dan karena itu dia ingin mengabadikan kekagumannya pada sang guru. Hanya setelah lulus UI dan S2-nya, cita-cita menulisnya itu belum kesampaian.

Sampai suatu waktu dia mendengar kabar tentang gurunya itu dari teman sekolahnya di Belitung tentang ikhwal sakitnya sang guru, sontak nyali nadarnya keluar, meluncur deras. Kemudian dia menuliskan draft buku, yang kemudian dijilid sendiri, dan dibagi-bagikan kepada teman-temannya. Absudrnya, ketika dia udah bekerja di Telkom, dan laptopnya tertinggal di kamar, dia meminta temannya untuk mengambil, di situlah pintu rahasia itu mengebor menjadi sungai uang yang kini direngkuhnya. File karya itu kemudian ditawarkan ke Bentang oleh temannya, dan selang beberapa waktu lelaki itu dapat telepon dari Gangsar Sukrisno tentang ikhwal layaknya novel dari tangannya itu untuk diterbitkan.

Lelaki itu bernama Andrea Hirata. Yang kini tetralogi novelnya, untuk yang keempat tinggal menunggu penerbitannya yang direncanakan pada 2008 ini. Ketiga novelnya yang berjudul Laskar Pelangi, Pemimpi, dan ... ; ternyata kemudian menjadi bestseller, yang secara kalkulatif menjadi 500 ribu eksemplar. Pada 2007 ini, karya-karya itu juga diminta penerbit Malasyia, dan yang akan menyusul adalah Singapura. Apa yang menarik dari pengalaman Andrea Hirata untuk kita layari?

Pertama, dalam menulis memang ada lorong rahasia yang nyaris tidak dapat diprediksikan oleh siapa pun. Sebuah buku yang tidak direncakan untuk diterbitkan, akhirnya tercium secara tidak langsung, dan melalui cara yang tidak langsung pula. Tetapi, ketika Tangan Panjang Tuhan menjulur dalam bentang tempat dan ruang yang tak terbatas oleh waktu, apa pun dalam sejarah hidup dapat tercipta. Apalagi, manakala suci hati yang mengalir dalam kepenulisan menjadi ruh di dalamnya, bukan ajaib ketika Tuhannya menemukannya dalam angguk yang mengagumkan.

Kedua, bekal berpikir dan kemampuan akademik tampaknya berandil juga dalam kesuksesan seseorang dalam menulis. Perjalanan akademik Andreas Haretta, siapa pun akan mengakui. Lulus cum laude sejak S1 dan S2 adalah bekal akademik yang luar biasa. Pengalaman ini, diakui atau tidak, meneguhkan apa pesan Budi Darma yang mengatakan bahwa kemampuan menulis erat kaitannya dengan kemampuan akademik (berpikir) seseorang. Kegagalan berpikir dengan sendirinya, akan menghambat kelancaran ”berkomunikasi” dalam karya untuk sampai pada pembaca dan tentunya berkaitan pula dengan kejeniusan tampilan dalam karya.

Permasalahannya adalah mengapa banyak orang pandai di Indonesia yang tidak mampu menulis? Sebuah otokritik yang menarik untuk dipikir ulang. Barangkali, memang kita percaya pada ungkapan banyak tokoh dunia, bahwa profesi apa pun sesungguhnya keberhasilannya ditentukan oleh faktor etos dan motivasi kerja yang dapat menjadi 99 persen. Einstein mengatakan, 99 persen hasil yang kita peroleh karena kerja keras, bukan takdir, apalagi bakat yang secara mitologis selalu menjadi hutan sembunyi atas kemalasan kita. Jika Anda ingin mewujudkan mimpi besar dalam hidup ini tidak ada cara lain kecua kerja keras.

Ketiga, kekuatan impresi seseorang suatu waktu dapat menjadi bom investasi yang tidak ternilai. Sebagaimana saya pernah menulis tentang ”Menulis dan Guru” yang di dalamnya menginspiraskan akan pentingnya etika dalam kepenulisan, maka sisi lain pengalaman kreatif Andrea Hirata ini mengingatkan demikian kudusnya posisi guru dalam perjalanan umat manuisa. Ketulusan ibu guru, menginspirasikan sang murid untuk memberikan kado dan kenangan indah padanya. Di luar dugaan kenangan itu menjadi muara dan sungai finansial yang tidak akan kering sepanjang hayat. Bukankah sebuah buku yang telah tertulis, bestseller, akan menunggu panen raya sepanjang massa?

Keempat, kerendahan hati menjadi segara karya yang memesona. Setiap karya akan mengabadikan nama. Andreas Haretta telah menorehkan dengan tinta emas dalam sejarah hidupnya. Meskipun begitu, dia selalu menolak dikukuhkan sebagai sastrawan dan penulis. Alasannya, dia tidak pernah membaca karya sastra, termasuk buku-buku yang lain dia tidak begitu banyak menyukainya. Apa yang dapat kita petik? Di sinilah, barangkali kita akan setuju bahwa apa yang terjadi padanya adalah sebuah misteri besar Tuhan, semacam Takdir dengan t besar. Sebab, sebagaimana galibnya (dan ini banyak disarankan oleh para penulis), orang yang ingin sukses menulis mutlak harus suka baca. Akan tetapi apa yang dialami Andrea, sungguh membelalakkan mata kita. Sebuah lorong rahasia kehidupan kepenulisan yang akan semakin menggerakkan siapa pun kita yang bersemangat menulis.

Kritik mengapa kemudian buku yang ditulis tidak melalui proses membaca menjadi bestseller? Kemungkinan berikut menarik untuk dipikirkan: (a) kemungkinan ”pembaca kita” bodoh, (b) kemungkinan pembaca kita lagi memasuki kala transisi di pintu dunia baca, (c) kemungkinan kemampuan ajaib yang alir pada diri penulis karena sesungguhnya berbicara juga menulis itu sendiri, dan (d) kemungkinan kerendahan hati penulis yang menyembunyikan kebiasaan membaca itu sendiri. Kebiasaan membaca suatu bidang jika dibingkai dengan kecakapan berpikir secara tepat akan memberikan imbalan yang sama atas bidang-bidang lainnya.

Kelima, profesi apa pun bukan hambatan seseorang untuk menjadi penulis yang berhasil. Latar belakang ekonomi dan lingkup kerja di PT Telkom, bukan hambatan pengembangan kepenulisannya. Ini tentu mengingatkan kita tentang sebuah buku yang ditulis oleh teman TKW dari Banyuwangi, Anda Luar Biasa! (2007). Perempuan TKW yang penulis itu bernama Eni Kusuma. Dalam kata pengantar bukunya dia mengungkapkan begini, ”... Jika saya tidak suka belajar, tidak peduli akan talenta diri, tidak menyukai harapan, cita-cita dan semangat, mungkin Anda tidak menemukan saya dalam buku ini.” (hal. xviii). Ungkapan ini, mengingatkan betapa pentingnya etos, cita, dan kesadaran akan talenta dalam kepenulisan.

Jika Eni adalah seorang TKW –yang hanya alumni SMA—mampu berhasil, menulis sebuah buku motivasi pertama yang ditulis oleh TKW, dan dikomentari oleh para ahli motivasi kelas wahid di tanah air; tentunya hal ini merupakan pemantik yang menarik untuk dikaji. Dalam merentas dunia kepenulisan, selanjutnya dia mengungkapkannya begini: ”Katakanlah, jika situs Pembelajar.com adalah kurikulum saya, maka milis adalah tempat praktik saya, dan artikel-artikel saya yang dimuat di situs itu adalah hasil ulangan saya. Boleh dibilang naskah buku ini adalah skripsi saya setelah kuliah di Pembelajar.com selama lebih kurang enam bulan..”.

Apa yang menggetarkan? Sebuah pengakuan yang layak disimak, --dan lebih dari itu—kita penting belajar darinya adalah (a) bergaul dengan alat global, (b) belajar tidak harus formal, dan (c) kesuksesan dalam kepenulisan yang tidak ditandai oleh kepakaran. Sebuah lonjakan kreasi yang –rasanya— sulit dipercaya seorang TKW aktif dalam sebuah situs (selanjutnya memiliki milis) sebagai tempat ”berguru” kesuksesan. Di sinilah, maka jika Anda ingin memasuki dunia kepenulisan di era global, --demi kelancaran—alat global ini penting untuk digauli.

Andrea Hirata dan Eni Kusuma adalah tamparan dunia akademik –khususnya perguruan tinggi— yang selama ini menasbihkan sebagai jantung perubahan, agen keilmuan, dan nafas gerak kehidupan. Dua contoh yang senantiasa akan menjadi air jernih yang memantulkan kritik pedas! Di manakah kita akan meletakkan semangat ke depan? Jika banyak negara telah merangkak dan memantikkan karya, sementara kita masih sering hanya terpesona oleh kejadian di sekitar kita? Mengapa tidak memiliki daya getar seperti tsunami? Andai kehadiran kedua penulis kita analogkan tsunami inspirasi, maka kematian atas kesombongan pribadi selayaknya dikebumikan dalam-dalam.

Mudah-mudahan kearifan negara dalam menggembalakan tunas bangsa dalam berkarya akan semakin peka. Jika tunas-tunas demikian tidak dikawal terlebih tidak disemaikan, harapan perubahan kultur berkehidupan makro tentunya juga sulit dicipta. Bagaimanapun membaca dan menulis adalah penanda penting dalam perjalanan sebuah bangsa. Mengapa kita tidak melangkah dari tangga kehidupan yang menggerakkan ini?
***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar