Senin, 29 September 2008

MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I - LXXIV

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=225


Bisikan hujan malam mengajakmu menari-nari membasahi seluruh tubuh,
mengguyur jiwamu bersayap beku, lantas nyalakan tungku dalam kalbu (V: I).

Bayu meniup api melambai, bara bergolak ke uluh hati, dan prasangka
tumpah merajah prahara, menelusup ke dada, meruh ke dalam sukma (V: II).

Sekian kali, awan berkendara bayu, berbondong ke pusaran langitan,
menumbuhkan cahaya kilat berkelebat beserta bayangan kematian (V: III).

Di atas ketinggian dahan, ruh para malaikat penunggu bukit datang berseru,
bergelombang siur bayu berkilau, membusa liar di pantai, pada kulit luka menerawan,
ia menghisap arus keringat perjuangan, haus akan madu kapujanggaan (V: IV).

Berdegupan tetembangan memusari ombak empedu dan pahit di lidah
serasa madu kala bercinta, jika berkisah terhenti oleh hukum waktu keluh (V: V).

Kebekuan kembali mengalir sedari palung semedi,
hadirlah selagi usia memberi, menjangkau hari-harimu,
memudahkan sederet kengerian di akhir perjamuan (V: VI).

Ia bawakan anggur saat kau menulis suluk perayaan mendatang
selaksa matahari melampiaskan dendam menyepyurkan serbuk kaca,
mengekalkan nafas-nafas para pencari jalan kesejatian (V: VII).

Endapan di angkasa biru melayang-layang mencipta corak gerimis,
sebening ingatan suci melihat awan jelalatan mengamati penentu (V: VIII).

Sesobek-sobek kenangan ganjil dalam puisi,
kau pegang bagi teori atas hukum-hukummu (V: IX).

Itukah patung di ubun-ubun kota memahami kaki langit memudar,
seawan senja berserak di wajah-wajah pejalan kaki dalam kesuraman (V: X).

Bara revolusi berasal rindu tekumpul gagasan sebelum bertemu,
dan akhirnya, bentuklah yang menciptakan melodi ruangan takdirmu (V: XI).

Anak-anak menarik tali pedati seberat beban hidupnya,
ia terlunta mengamati beling-hening-cermin berserak duka (V: XII).

Sederas hujan menembangkan ricuh-balau-kacau akan berakhir,
ia memuntahkan rasa kesal paling muak lantas bergolak
dalam dadanya bergelembung udara hampir pecah (V: XIII).

Lelangkah mengeringkan leluka beserta rontok daun-daun,
namun pada goyangan dedahan masih ada hutang bertanya (V: XIV).

Sejengkal maksud menebah ladang-pesawahan retak kemarau,
hawamu gerah mengucurkan butiran garam keringat tubuh (V: XV).

Jangan terpenjara tanpa hasrat ke sana, cinta mengembalikan
tumbuh berkeindahan, telaga samudra kalbu, langit danaunya rindu (V: XVI).

Debaran jantung bersimpan degup seluruh maksud, ia mengisi sedenyut
aliran darah di bekas luka, berkaca duka bila tak menuju ke sendang jiwa (V: XVII).

Bersulang cara perpisahan, atau membunuh membuka kubur ajal (V: XVIII).

Jasad siapa pun ditundukkan kesemestaan, ia kumpulkan lelah berlebih
dari dendam pemuda yang terpendam, atas abad-abad purbasangka (V: XIX).

Kenapa memohon balasan secepatnya, berkejarlah ke puncak gunung,
seiring lambaian dahan kering mengeras patah, atau nalar tidak sampai (V: XX).

Kembalilah angin waktu dalam gerimis cahaya bulan,
doa di belantara padang gurun duka nenek moyang (V: XXI).

Lengkingan langit menggugurkan bintang-gemintang,
debu berhamburan ke sorot mata berkedip duka (V: XXII)

; seberkas sobekan perjuangan, selarik sajak di hadapan nalar impian,
seakan menghirupi jantung penyair berkali-kali dalam air rawa-rawa (V: XXIII).

Berlarilah dalam hujan bila tak ingin kaku terpenjara atau kunyah kebiasaan,
merangkai harum bunga, kekupu mengepak berserah di kuncup perindu (V: XXIV).

Halus sayap-sayapmu tak sepadan tarianmu
yang blingsatan sebab cemburu (V: XXV).

Jangan was-was di sepanjang jalan,
temukanlah kunci rumah kekasih dalam kubangan tersayang (V: XXVI).

Ia mengintai geraian rambutmu diguyur mataair jelajah (V: XXVII).

Bibirmu rekahan senja berfatwa kembang kemboja, batu-batu nisan,
lelampu remang dihinggapi kabut wangi menyentuh kening hati (V: XXVIII).

Menimbang tidak lebih berat,
bayangkan ia awan, kau pelajar di matanya (V: XXIX).

Sesingkat apa pun cahaya meresapi, bekasnya terasa,
sudah tentu tetangkai bunga mawar berduri-duri? (V: XXX).

Jangan menunggu selain pada tetangkai bebunga, sebab suatu hari nanti
akan menghibur pandanganmu, sejumlah kelopak-kelopak mengada (V: XXXI).

Setiap meludahi unggun, kobarannya menjilat jenggot sampai kepalamu,
ialah api keabadian, di atas ketinggian gunung merapi kayu meranti (V: XXXII).

Kesalahanmu karena pengamatan, terimalah renungan tempaan pelaku,
ia aktor awal kehendak, dan kau mendaki yang pernah ditempuh (V: XXXIII).

Kenapa melupakan pegunungan paling ranum, terlalu rawan di hati?
Panjat dan dakilah, kau akan bertemu eidelwis sesungguhnya (V: XXXIV).

Sekawanan bangau menggedor gerbang barat mewujudkan badai,
bergulung memusar-pukul merontokkan keyakinan demi kebaharuan (V: XXXV).

Siapa kira jalannya laba-laba menciptakan laluan setatap hening,
berulasan lebih tampak, ia menunjuk di balik dadamu (V: XXXVI).

Sukma berbisik dalam diam, dengarkan degupan mendesah
merajai angin legenda, mengunjungi debaran sejarah (V: XXXVII).

Suwong tatapan matamu mengawasi duri-duri tengah jalan
seperti baling hening menyiratkan darah, nikmatilah kegamangan,
untuk mereka mau mencium amis luka perjuangan (V: XXXVIII).

Menggedor kaca cermin pecahnya serpihan akan berakhir,
tajamnya menusuk-nusuk keberadaan manunggaling (V: XXXIX).

Marilah baca kesengajaan demi menitih buih berkah di setiap masa,
dawai gerimis membasuh kaki teka-teki kembara, memandikan dahaga sukma
atas hujan derasnya kata-kata, yang ditumpahkan ruh kenangan rahasia (V: XL).

Gemuruh ombak membawa ikan-ikan menepi mengikuti nurani
melenggang tiada was-was seluput debaran menanti ayunan tangan pejala
menghentakkan dataran air telaga jiwa (V: XLI).

Hilang kepemudaan atas kehendak berkepompong, benang-benang
sutramu balutan penari ulat, akan menjelma kekupu di panggung bayangan,
nantinya bakal berkabarkan cahaya kepenuhan (V: XLII).

Ia gelisahi kelembutan pada lengkungan sebrang,
menyelesaikan senjakala di akhir tak terkira menemui kisah (V: XLIII).

Awal tiada mudah merahasiakan pertimbangan, tentramkan kalbumu,
sedurung mencintai altar pengaduan (V: XLIV)

; kematangan ditempa himpitan keadaan, menjemput niatan kembara,
inilah pergulatan kabut punggung bukit, kepada awan bergulung (V: XLV).

Gerakkan takdir burung Srigunting menguraikan sayap-sayapnya
di saat gerimis bersalaman, kepada jiwamu yang manunggal (V: XLVI).

Alam kesetiaan terkumpul berirama memberi jalan benderang,
sedang tusukan ke sukma, terasa lelah merayumu berserah (V: XLVII).

Ada saatnya wewarna bentuk membentur sapa mengajak akrab,
lewat bertarung terlebih dulu dengan prasangka (V: XLVIII).

Tidakkah potongan rambut dan kuku memaknai usia,
bernafas dalam buku-buku sejarah, batu-batu waktu (V: XLIX).

Sesingkat apapun persekutuan, kesuntukanmu menggelinjak
bertumpuk di kebiruan pundak nafsu, mabuk badan tersungkur (V: L).

Adakah kehausan ringan pandangan di sana? Datanglah kemari,
ia hadiahkan sekuntum dendam manis, minuman anggur menebalkan lidah
kepada bibir pecah merekah (V: LI).

Sesekali tersenyum, melihat keningnya bertanda pemberontak,
apakah ikhwal kesucian lembut, dengan berpasrah satu-satunya (V: LII).

Setelah baca kelopaknya, kaki-kaki meninggalkan taman bunga,
sejauh sejarah menandaskan wewarna dihafalkan keharumannya (V: LIII).

Usah menyebut di masa kapan ialah sudut menjangkau kepenuhan,
mengkristal embun daun jati di hutan pelajaran, ambil perekat mahabbah itu
demi untaian rambutmu menghitam panjang sepenantian ganjil abadi (V: LIV).

Ibarat gelegak tuak ke puncak urat syaraf kekacauan, bertumpangan waktu
menderaikan ruh kedalaman kata, tubuh sendiri memasuki rongga terpencil (V: LV).

Di dasar kesunyian, temukan tangisan tinta hitam di waktu lambat membisu,
berharum kembang khusyuk sesalan kalbu (V: LVI)

Apa pun yang ia bisikkan menjelma seribu kecupan kupu-kupu,
di setiap kelopakan kembang, kau mendapati perumpamaan (V: LVII)

; laksana fajar senja selalu diulang, terus berlabu siang-malam,
menyelimutimu pada selubung lindap tiada penghabisan (V: LVIII).

Masa gairah memberkati langkahmu bertambah, rawatlah nyala apimu,
ia tak kurang dari itu, tak lebih di saat pencarian keutamaan waktu (V: LIX).

Bertekad menghadapi tapakan keyakinan, ini bumi kelahirannya
ketika kesadaran menyapa ladang-ladang pesawahan lembah (LX).

Tangkaplah gejolak sebelum kesungguhan lepas kurungan,
sesak kepulan asap duka mimpi, memberi pemahaman baru (V: LXI).

Biarkanlah bersabung ayam ada cedera,
demi temukan makna gelanggang (V: LXII).

Kapan pun menggelinjak naik-turun menemui,
tidak sekadar di batas kalimah janji, kau masuki kesetiaan selendang hangat cahaya,
kesegaran karena menari-nari, dalam kesempatan panjang usia mencari (V: LXIII).

Tanpa bobot perawakan mengikuti siul-lambaian menuju akhir,
di mana letak bimbang terawat, tiada pantas dikisahkan kembali (V: LXIV).

Jangan persoalkan kantuk teramat berat saat melancong jauh (V: LXV).

Yang berharap waktu lapar dahaga, jangan ringankan sakitmu atas beban,
sebelum tembangkan hikayat perang gerilya menemukan kemenangan (V: LXVI).

Semenjak bersaudara, tempat memeras anggur,
bukankah salahmu rasa malu? Guci-guci kosong sedari dulu oleh takut sambillalu,
tidak pernah kau sangka, ternyata kehausan sanggup mencekik lehermu (V: LXVII).

Kau pena tergolek tidak menghiraukan lelembaran kertas,
membiarkan diri terlelap, sampai hilang rasa berkata (V: LXVIII).

Inikah anak-anak jaman terpenjara?
Berkicau di sangkar mewah, berkisah bentuk-warna lain di dekatnya,
malang nian nasibnya, segaris bulu hitam di jenjang lehernya (V: LXIX).

Kau direstui meminjam ucapan yang terpendam,
dalam jeruji menulis di tembok lembab, udara bebas penantianmu (V: LXX).

Ada memperhatikan seumpama masuk hutan kuburan keluar lelah,
setegas keris pengertian berhenti, kepada pusaran bayu petilasan (V: LXXI)

; khusyuk mengejawantah diwarnai aneka cahaya rasa mengagumkan,
sekali hilang tersadarkan nanti, panutannya tidaklah membahaya (V: LXXII).

Jangan sekali-kali mengulangi kepayahan menyepakati mimpi-mimpi,
angan-angan bentukan nafasmu, dalam hembusan besar alam (V: LXXIII).

Terkuaklah kerahasiaan sedari menampar kekangan,
rindu lebur lenyap sudah, kematian membangkitkan rasa
dan perasaan menjelma pengetahuan pertama (V: LXXIV).
---

*) Pengelana asli Lamongan, JaTim, yang menyukai dunia sastra.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar