Jumat, 22 Agustus 2008

Permintaan Terakhir

Liza Wahyuninto

“Aku masih seperti yang dulu Nin! Masih senang mendengar adzan untuk kemudian aku mendoakan keberhasilanku di esok hari. Aku memang belum merasakan doa itu mempengaruhi pekerjaanku, tapi aku yakin doa setelah adzan itu memang terkabul. Mungkin saja Tuhan belum mendengar doaku, mungkin pula Malaikat rahmat salah alamat dalam mengirimkan rizki, atau aku yang berdoa tidak terlalu khusyu’. Nin, aku tidak mau memaksa Tuhan untuk mengabulkan doaku! Aku tidak ingin menyalahkan malaikat yang begitu patuh kepada sang pencipta-Nya. Aku hanya menyalahkan takdir yang kadang berbalik arah. Aku ini Yuyun, seorang bocah yang mengaku anak rembulan karena mengerti perangai rembulan. Ya Nin, aku begitu paham pergerakan bulan, ini malam ke berapa dan kapan padang bulan akan tiba, kapan gerhana bulan akan tiba, semuanya aku tahu. Semuanya aku tahu, Nin! Nina, kadang aku ingin sekali bunuh diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang kerapkali kudengar pada berita di televisi. Tapi aku takut, aku takut dosa. aku takut jasadku tak diterima bumi, ulatpun enggan memakan tubuhku. Aku takut ruhku melayang, tidak diterima neraka, surgapun enggan. Aku tegaskan padamu Nin, aku tidak ingin seperti Chairil Anwar yang begitu yakin bahwa ia ingin hidup lebih dari seribu tahun lagi. Bagiku hidup satu hari lagi bagaikan mengiris urat nadi sendiri. Bukankah kemarin kau menanyakan kepadaku apa perbedaan aku dan Chairil Anwar karena sajakku mirip dengan sajak-sajaknya. Itulah bedanya Nin! Chairil Anwar senang dan ingin hidup lebih lama meskipun ternyata takdir tidak menghendaki demikian, sementara aku tidak menyenangi hidup dan berusaha untuk memperpendek usiaku dan ternyata takdir masih mengijinkanku untuk menapaki hidup yang bagiku teramat berat”.

Sampai di ucapan tersebut, aku ingin sekali menitikkan air mata. Tapi aku tidak ingin Nina masuk ke dalam ceritaku, biarlah aku yang merasakan, cukuplah Nina sekedar pendengar cerita-ceritaku saja. Nina bagiku adalah obat, obat penenang di kala aku sedang gundah. Ketika aku patah semangat, saat payung duka selimuti hati, aku selalu bercerita pada Nina. Aku tidak peduli apakah Nina akan mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibirku, aku juga tidak peduli jika kemudian Nina tidak memberikan saran atau masukan tentang kisahku. Bagiku aku adalah pencerita, tugasku adalah bercerita. Sementara Nina, Nina adalah pendengar. Itulah hubungan antara aku dan Nina.

Aku tahu bahwa Nina mendengar dengan cermat setiap kata yang kulontarkan, aku juga paham bahwa Nina berusaha untuk memahami bahasa mataku yang katanya bahasa mata lebih jujur daripada bahasa lidah. Pernah suatu ketika, saking asyiknya Nina menatap mataku, ternyata aku telah selesai bercerita. Tapi itu tidak mengapa, tohaku puas dapat menyelesaikan ceritaku. Dan aku tidak begitu peduli jika Nina dapat merasakan kepuasan dan dapat memahami ceritaku dengan menatap mataku lebih lekat. Tidak mengapa jika Nina mengibaratkan dirinya sebagai Rumi sementara aku adalah Tabriznya. Rumi dapat melihat Tuhan dari mata Tabriz, dan Tabriz dapat melihat Tuhan karena Rumi baginya adalah cermin. Namun aku perlu membatasi diri, aku tidak semulia Syamsi at-Tabriz yang mampu membuat sang Rumi lupa akan segalanya, bahkan anak istri dan murid-muridnya.

“Yun, kau ingin tahu kenapa kau menyenangi adzan? Bukan karena kau dapat berdoa setelahnya. Kau ingin tahu kenapa, doa-doamu belum terkabul? Bukan karena Allah tidak mendengar, bukan karena Malaikat Rahmat salah alamat, bukan karena suratan takdirmu jelek, bukan karena itu. Kau ingin tahu kenapa kau begitu bangga dengan gelar anak rembulan pada dirimu? Bukan karena kau paham betul perangai, perilaku dan apapun mengenai rembulan, bukan itu! Kau tentu paham dogma, apapun yang kau lakukan dalam hidup tidak dapat lepas dari dogma yang selama ini kau terima. Kau menyenangi adzan karena selama ini kau diajari bahwa doa setelah adzan adalah doa paling makbul, berdoalah di sana dan tentu doamu akan diterima. Itu dogma Yun! Malaikat kau salah-salahkan karena doamu kau rasa belum tersampaikan. Bukan tidak disampaikan oleh malaikat, bukan tidak diterima oleh Tuhan. Bukankah ada adab dalam berdoa? Bagaimana sikap dalam berdoa? Tidak sembarangan! Tidak semudah yang kau bayangkan! Kau begitu senang dengan sebutan anak rembulan, bukan karena kau paham betul tingkah laku rembulan. Bukankah itu ada ilmunya, setiap orang dapat memahaminya. Kalau begitu, setiap orang yang paham tingkah laku rembulan dapat disebut anak rembulan donk? Kau senang dipanggil anak rembulan karena kau ingin disebut demikian. Kau ingin agar ada yang berbeda antara dirimu dengan yang lain. Bukankah itu pandanganmu mengenai perbedaan antara kau dan Chairil Anwar?”

“Cukup…Cukup Nin!”.

Entah kenapa, tiba-tiba aku ingin sekali membantah kalimat-kalimat yang meluncur dari bibir Nina. Ada sesuatu yang mengganjal hatiku, ada kalimat-kalimat yang tidak ingin kudengar. Aku juga heran kenapa tiba-tiba Nina menanggapi cerita-ceritaku. Kenapa tidak dari dulu, kenapa tidak sejak awal dia demikian. Bagaimana aku tak heran, ternyata gadis yang selama ini begitu pendiam tiba-tiba berbicara begitu lurus dan tiada henti. Apakah ia telah memendam ini sejak awal dan seolah bom waktu sedang menunggu waktu yang tepat untuk meledakkannya? Apakah ada kalimat yang tidak ingin ia dengar? Atau adakah kata-kata yang tanpa kusadari menyakiti hatinya, dan membuatnya ingin menyatakan kalimat-kalimat tersebut?

“Nina, Aku sedang tidak ingin berdebat filsafat di sini. Aku juga tidak ingin berdebat mengenai teori kebenaran. Bukan karena aku tak paham dengan istilah-istilah yang kau sebutkan. Aku tak ingin menanggapi pernyataanmu,. Itu saja. Tapi aku hanya ingin bercerita. Sebagaimana berita dan cerita-cerita di televisi yang tidak dapat kita sanggah meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Aku ingi bercerita saja, tidak ada sanggahan tidak ada pertanyaan. Aku memang egois, tapi bukankah itu sudah lama kau ketahui. Jadi izinkan aku melanjutkan dan menyelesaikan ceritaku. Aku sudah cukup terhibur jika kau mau mendengarnya. Toh, selama ini kau tidak pernah memberikan masukan bukan?”

Nina terdiam, kulihat matanya menyala. Mungkin aku telah menyinggungnya. Tapi aku tidak peduli. Yang aku tahu Nina menunggu kelanjutan ceritaku. Ia masih terdiam, dan melihat suasana hening itu aku beranikan untuk meneruskan ceritaku.

“Nin, kau percaya takdir kan? Aku ditakdirkan hidup lama, tapi aku ingin mati secepatnya. Bagiku segala yang ada di dunia ini, di hadapanku dan segala apa yang kulihat adalah beban. Beban karena terlampau indah untuk kusentuh, untuk kutemani, dan untuk kumiliki. Jadi cukuplah bagiku untuk melihatnya saja tanpa harus menyentuhnya, cukuplah mendengarnya saja tanpa harus merabanya, dan cukuplah bagiku merasakan saja tanpa harus memiliki. Maaf Nin, aku memaksamu untuk mendengarkan ini. Tapi ini mungkin adalah cerita terakhirku. Setelah itu aku takkan mendatangimu lagi untuk bercerita. Sudah berapa ribu kisah kuceritakan padamu, meski kau tak pernah tertidur walau ini seperti dongeng. Nina, semalam aku melihat cahaya biru kemerahan. Awalnya, cahaya itu kecil seperti bintang lalu membesar laksana bulan. Iya ada dua bulan tadi malam kulihat, tapi itu hanya dalam mimpiku. Kemudian membesar dan menimpaku hingga aku terbangun. Kau tahu Nin, kulihat sekujur tubuhku membiru.”

Kuhentikan ceritaku sejenak dan menunjukkan kulitku yang masih membiru.
“Ini Nin, lihatlah! Tubuhku membiru”
Nina mengamatiku, mulutnya setengah terbuka menandakan ia terperangah.
“Yun..!”
Aku tersenyum.

“Iya Nin, aku bahagia. Mungkin dengan ini aku akan segera mati. Jadi selamat tinggal Nina, kau adalah pendengar terbaik yang pernah kutemui. Esok, jika kau merindukan ceritaku lagi kau boleh menuliskan kisah-kisah yang pernah kuceritakan padamu. Dan aku akan sangat bahagia jika kau mau menuliskan itu untukku. Satu hal Nina, aku masih seperti yang dulu. Takkan berganti seperti mawar kekeringan, aku takkan berubah seperti kepompong yang tiba-tiba menjadi kupu-kupu. Aku masih Anak Rembulan, dari kumpulannya terbuang, begitu kata Chairil Anwar.”

Nina menunduk, perlahan kulihat ada bening menetes dari matanya kemudian meleleh perlahan menelusuri pipinya dan bermuara ke bumi.

“Nina, malam ini aku ingin tidur tanpa mimpi. Jangan coba bangunkan aku esok hari, segeralah mandikan aku, kafani aku, dan bila tak keberatan sholatilah aku, dan kuburlah aku!”

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar